Geomorfologi Pantai
WILAYAH PESISIR
A. Wilayah Pesisir
Wilayah pesisir adalah
daerah pertemuan antara darat dan laut, dengan batas ke arah darat meliputi
bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih mendapat pengaruh
sifat-sifat laut seperti angin laut, pasang surut, perembesan air laut
(intrusi) yang dicirikan oleh vegetasinya yang khas, sedangkan batas wilayah
pesisir ke arah laut mencakup bagian atau batas terluar daripada daerah paparan
benua (continental shelf), dimana ciri-ciri perairan ini masih
dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat seperti
sedimentasi dan aliran air tawar, maupun proses yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Bengen, 2002). Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Soegiarto, 1976; Dahuri et al, 2001). Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.10/MEN/2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu, Wilayah Pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi, dimana ke arah laut 12 mil dari garis pantai untuk propinsi dan sepertiga dari wilayah laut itu (kewenangan propinsi) untuk kabupaten/kota dan ke arah darat batas administrasi kabupaten/kota.
sedimentasi dan aliran air tawar, maupun proses yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Bengen, 2002). Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Soegiarto, 1976; Dahuri et al, 2001). Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.10/MEN/2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu, Wilayah Pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi, dimana ke arah laut 12 mil dari garis pantai untuk propinsi dan sepertiga dari wilayah laut itu (kewenangan propinsi) untuk kabupaten/kota dan ke arah darat batas administrasi kabupaten/kota.
Mendasarkan pada
batasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa wilayah pesisir merupakan wilayah
peralihan (interface) antara daratan dan laut. Oleh karena
itu, wilayah pesisir merupakan ekosistem khas yang kaya akan sumberdaya alam baik
sumberdaya alam dapat pulih (renewable resources) seperti
ikan, terumbu karang, hutan mangrove, dan sumberdaya tak dapat pulih (non-renewableresources) seperti
minyak dan gas bumi, bahan tambang dan mineral lainnya. Selain itu diwilayah
pesisir juga terdapat berbagai macam proses yang sangat khas pula, seperti
gelombang, erosi dan pengedapan, dan proses lainnya yang dapat membentuk
wilayah pesisir menjadi lebih komplit.
Ekosistem alami di
wilayah pesisir antara lain adalah terumbu karang (coral reefs), hutan
mangrove, padang lamun (sea grass), pantai berpasir (sandy beach), pantai
berbatu (rocky beach), formasi pescaprea, formasi baringtonia, estuaria,
laguna, delta dan ekosistem pulau kecil. Sedangkan ekosistem buatan dapat
berupa tambak, pemukiman, pelabuhan, kawasan industri, pariwisata dan
sebagainya.
B. Pembagian Zone Wilayah Pesisir
Setiap zone perairan
dipesisir mengalami proses mengahasilkan struktur sedimen yang khas dan berbeda
satu sama lainnya.Berdasarkan hal ini zone pesisir dibagi menjadi backshore,
foreshore, shoreface, dan offshore.
1. Backshore terletak diantara batas bawah gumuk pasir (sand dune) hingga ke
garis air pasang paling tinggi (mean high water line). Jadi Backshoreterdapat
di amabang pantai (beach bar).
2. Foreshore yaitu zone pasang surut, kawasan yang terletak di antara batas atas dan
bawah pasang air laut disebut. Backshore dan foreshoremerupkan
bagian atas dari pesisir pantai. Dikawasan ini terdapat zone pemecah, zone
swash dan arus sepanjang pantai (longshore current). Sehingga kawasan
ini menerima tenaga aliran yang kuat. Sedimensedimen yang ada diwilayah ini
kebanyakan terdiri dari material pasir.
3. Shoreface yaitu zone yang berbatasan dengan zone peralihan. Batas bawahshoreface bergantung
pada rata-rata dasar gelombang maksimal (average maximum wave base). Di
kawasan shoreface sedimennya terdiri dari pasir bersih,
dibagian atas shoreface terdapat arus pesisir pantai. Pada
saat cuaca buruk arus ini akan bertambah kuat dan akan mengkikis bagian atasshoreface dan
mengendapkannya semula di bagian bawah shoreface atau
membawanya kearah daratan seperti laguna. Jadi dibagian shorefacesedimennya
makin kasar kearah daratan dan riak simetri berubak menjadi tak simetri dan
gumuk (Clifton, 1967). Bagian bawah shoreface terdiri dari
lapisan dan percampuran antara lumpur dan pasir, tetapi pada saat cuaca buruk
bagian bawahnya mengalami tindakan gelombang dan akibatnya endapan pasir akan
percampuran lumpur dan pasir akan terbentuk di kawasan ini.
4. Offshore merupakan zone lepas pantaiyang mengarah
kelaut.
Gambar B.1 Pembagian
Zone Pesisir Berdasarkan Strukturnya
Selain pembagian diatas wilayah pesisir
juga dapat dibagi berdasarkan
kedalamannya, yaitu:
1. Zona Lithoral, adalah wilayah pantai atau pesisir atau “shore”. Di
wilayahini pada saat air pasang tergenang air dan pada saat air laut surut
berubahmenjadi daratan. Oleh karena itu wilayah ini sering disebut juga wilayah
pasang surut.
2. Zona Meritic (wilayah laut dangkal), yaitu dari batas
wilayah pasang surut hingga kedalaman 150 m. Pada zona ini masih dapat ditembus
oleh sinar matahari sehingga wilayah ini paling banyak terdapat berbagai jenis
kehidupan baik hewan maupun tumbuhan-tumbuhan, contoh Jaut Jawa, Laut Natuna,
Selat Malaka dan laut-laut disekitar kepulauan Riau.
3. Zona Bathyal (wilayah laut dalam), adalah wilayah
laut yang memiliki kedalaman antara 150 hingga 1800 meter. Wilayah ini tidak
dapat ditembus sinar matahari, oleh karena itu kehidupan organismenya tidak
sebanyak yang terdapat di zona meritic.
4. Zona Abysal (wilayah laut sangat dalam), yaitu
wilayah laut yang memiliki kedalaman lebih dari 1800 m. Di wilayah ini suhunya
sangat dingin dan tidak ada tumbuh-tumbuhan, jenis hewan yang hidup di wilayah
ini sangat terbatas.
Gambar B.2 Pembagian
Zone Pesisir Berdasarkan Kedalamannya
C. Proses yang Terjadi di Wilayah Pesisir
Daerah pesisir
merupakan daerah yang selalu mengalami perubahan, karena daerah tersebut
menjadi tempat bertemunya dua kekuatan, yaitu berasal dari daratan dan lautan.
Perubahan lingkungan pesisir dapat terjadi secara lambat hingga sangat cepat,
tergantung pada imbang daya antara topografi, batuan dan sifat-sifatnya dengan
gelombang, pasang surut dan angin. Perubahan pesisir terjadi apabila proses
geomorfologi yang terjadi pada suatu segmen pesisir melebihi proses yang biasa
terjadi. Perubahan proses geomorfologi tersebut sebagai akibat dari sejumlah
faktor lingkungan seperti faktor geologi, geomorfologi, iklim, biotik, pasang
surut, gelombang, arus laut, dan salinitas (Sutikno, 1993 dalam Johanson D.
Putinella, 2002). Iklim mempengaruhi gelombang dan juga aktivitas biologi serta
proses-proses kimia di permukaan atau dekat dengan permukaan seperti
evaporation, penyemian dan lain-lain. Menurut Dahuri (1996) dalam Johanson. D.
Putinella (2002), ombak merupakan salah satu penyebab yang berperan besar dalam
pembentukan pesisir. Ombak yang terjadi di laut dalam pada umumnya tidak
berpengaruh terhadap dasar laut dan sedimen yang terdapat di dalamnya.
Sebaliknya ombak yang terdapat di dekat pesisir, terutama di daerah pecahan
ombak mempunyai energi besar dan sangat berperan dalam pembentukan morfologi
pesisir, seperti menyeret sedimen (umumnya pasir dan kerikil) yang ada di dasar
laut untuk ditumpuk dalam bentuk gosong pasir. Di samping mengangkut sedimen
dasar, ombak berperan sangat dominan dalam menghancurkan daratan (erosi laut).
Daya penghancur ombak terhadap daratan atau batuan dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain keterjalan garis pesisir, kekerasan batuan, rekahan pada
batuan, kedalaman laut di depan pesisir, bentuk pesisir, terdapat atau tidaknya
penghalang di muka pesisir dan sebagainya.
Berbeda dengan ombak
yang bergerak maju ke arah pesisir, arus laut, terutama yang mengalir sepanjang
pesisir merupakan penyebab utama yang lain dalam membentuk morfologi pesisir.
Arus laut terbentuk oleh angin yang bertiup dalam selang waktu yang lama, dapat
pula terjadi karena ombak yang membentur pesisir secara miring. Berbeda dengan
peran ombak yang mengangkut sedimen tegaklurus terhadap arah ombak, arus laut
mampu membawa sedimen yang mengapung maupun yang terdapat di dasar laut.
Pergerakan sedimen searah dengan arah pergerakan arus, umumnya menyebar
sepanjang garis pesisir. Bentuk morfologispit, tombolo, beach ridge atau
akumulasi sedimen di sekitar jetty (dermaga atau tembok laut)
dan tanggul pantai menunjukkan hasil kerja arus laut. Dalam hal tertentu arus
laut dapat pula berfungsi sebagai penyebab terjadinya abrasi pesisir.
Keseimbangan antara sedimen
yang dibawa sungai dengan kecepatan pengangkutan sedimen di muara sungai akan
menentukan berkembangnya dataran pesisir. Apabila jumlah sedimen yang dibawa ke
laut dapat segera diangkut oleh ombak dan arus laut, maka pantai akan dalam
keadaan stabil. Sebaliknya apabila jumlah sedimen melebihi kemampuan ombak dan
arus laut dalam pengangkutannya, maka dataran pesisir akan bertambah. Selain
itu aktivitas manusia yang memanfaatkan wilayah pesisir untuk berbagai
kepentingan juga dapat merubah morfologi pesisir menjadi rusak apabila
pengelolaannya tidak memperhatikan kelestarian lingkungan. Proses-proses
lainnya yang terjadi di wilayah pesisir antara lain:
• Proses Fisika yaitu proses-proses fisik yang mempengaruhi pembentukan
pesisir seperti gelombang, rombakan arus (rip current), arus pasang surut,
pasang surut dan sebagainya. Gelombang merupakan parameter utama dalam proses
erosi atau sedimentasi .
• Erosi dan atau abrasi merupakan proses pengikisan batuan yang diakibatkan
oleh tenaga eksogen seperti air, angin, ombak, dan lainlainnya.
• Sedimentasi yang dibawa melalui sungai, arus sepanjang tepi pantai
(longshore drift), dan arus pasang surut. Sedimen ini terbentuk dari lumpur,
pasir, hingga kerikil. Sedimen bertekstur kasar terdapat di kawasan bertenaga
tinggi.
• Arus laut pasang surut yang disebabkan oleh pasang surut air laut (subsidence)
adalah proses naik turunnya muka laut secara hampir periodik karena gaya tarik
benda-benda angkasa, terutama bulan dan matahari. Naik turunnya muka laut dapat
terjadi sehari sekali (pasang surut tunggal), atau dua kali sehari (pasang
surut ganda). Ketika pasang surut terbentuk dilautan luas merambat sebagai
gelombang menuju lereng benua (continental slope) dan paparan benua
(continental shelf), gelombang tersebut akan mengalami proses perubahan karena
nakin dangkalnya perairan.
D. Geomorfologi Wilayah Pesisir
Bentuk/morfologi
wilayah pesisir, seperti pantai terjal atau landai, ditentukan oleh kekerasan
(resestivity) batuan, pola morfologi dan tahapan proses tektoniknya.
Relief/topografi dasar laut perairan nusantara terdiri dari berbagai tipe mulai
dari paparan (shelf) yang dangkal, palung llaut, gunung bawah laut, terumbu
karang dan sebagainya. Kondisi oseanografi fisik di kawasan pesisir dan lautan
ditentukan oleh fenomena pasang surut, arus, gelombang, kondisi suhu, salinitas
serta angin. Fenomena-fenomena tersebut memberikan kekhasan karakteristik pada
kawasan pesisir dan lautan. Proses-proses utama yang sering terjadi di wilayah
pesisir meliputi: sirkulasi massa air, percampuran (terutama antara dua massa
air yang berbeda), sedimentasi dan abrasi serta upwelling. Bentukan-bentukan
yang umum terdapat diwilayah pesisir adalah sebagai berikut:
1. Pesisir Pantai (Beach)
adalah yaitu pesisir diantara garis pasang naik dan pasang surut.
2. Laguna adalah air
laut dangkal yang memiliki luas beberapa mil, sering merupakan teluk atau danau
yang terletak diantara pulau penghalang dengan pantai.
3.Pulau Penghalang (Barrier
Island) adalah gosong pasir yang tersembul dipantai yang dipisahkan dari
pantai oleh laguna. Pulau penghalang ini bias tebentuk sebagai spit atau gumuk
pasir yang dibentuk oleh angin atau air.
4. Delta adalah
deposit lumpur, pasir, atau kerikil (endapan alluvium) yang mengendap di muara
suatu sungai. Delta dibagi menjadi tiga berdasarkan bentuknya, yaitu Delta
Arcuate (Berbentuk kipas), Delta Cuspate (Berbentuk gigi tajam), Delta
Estuarine (Berbentuk estuarine).
5. Goa Laut (Sea
Cave) merupakan goa yang terbentuk pada terbing terjal (cliff) atau
tanjung (headland) sebagai akibat erosi dari hantaman gelombang dan arus.
6. Sea
Arch merupakn sea cave yang telah tereosi sangat
berat akibat dari hantaman ombak.
7. Sea
Stack merupakan tiang-tiang batu yang terpisah dari daratan yang
tersusun dari batuan yang resisten sehingga masih bertahan dari hantaman
gelombang.
8. Rawa Air Asin (Salt
Marsh) merupakan rawa yang terbentuk akibat genangan air laut di dinggir
pantai.
9. Head
Land yaitu batuan daratan resisten yang menjorok kelaut sebagai akibat
erosi gelombang.
10. Bar yaitu gosong
pasir dan kerikil yang terletak pada dasar laut dipinggir pantai yang terjadi
oleh pengerjaan arus laut dan gelombang. Kadanngkadang terbenam seluruhnya oleh
air laut. Beberapa jenis bar antara lain:
• Spit yaitu yang salah satu ujunganya terikat pada daratan, sedangkan yang
lainnya tidak. Bentuknya kebanyakan lurus sejajar dengan pantai, tetepai oleh
pengaruh arus yang membelok ke arah darat atau oleh pengaruh pasang naik yang
besar, spit itupun membelok pula ke arah darat yang disebut Hook atau Recurved
Spit (Spit Bengkok).
• Baymouth Bar adalah spit yang kedua ujungnya terikat
pada daratan yang menyeberang dibagian muka teluk.
• Tombolo adalah spit yang menghubungkan pulau dengan daratan induk atau
dengan pulau lain, contohnya daratan antara Pulau Pananjung dengan daratan
induknya Pulau Jawa.
Gambar D.1. Bentukan
Wilayah Pesisir
Gambar D.2. Jenis Bar
Gambar D.3. Barrier
Island
Gambar D.4. Padre
Island dan Pesisir Laguna Belize
Genesa Dan Tipologi Pantai
Kepulauan Indonesia
terbentuk oleh proses (endogen) rumit geologi dari gejala konvergensi lempeng
(litosfer) menghasilkan bentang alam (fisiografi) yang sangat kompleks.
Demikian halnya dengan pantai pulau-pulaunya, terbentuk seiring evolusi geologi
dengan ciri masing-masing berdasar proses dan mandala geologinya, yang kemudian
terlihat pada keragaman jenis batuan, struktur dan kelurusan, lereng pantai dan
perairan bentuk muara sungai dan lain-lain bagian bentang pantai. Kondisi
iklim/cuava (atmosfer) dan laut (biosfer) mengiringi evolusi tersebut memberi
pengaruh (eksogen) pada proses pembentukan bentang alam. Kegiatan manusia
(biosfer) mulai ikut berpengaruh pada proses evolusi mengubah bentang alam
melalui upaya (anthropogenic) mengubah lingkungan untuk kepentingannya sejak
zaman Anthroposen.
Berdasar kenyataan
demikian, klasifikasi wilayah pesisir dan pantai di Indonesia akan lebih
sempurna bila didasarkan atas beberapa hal yang menyangkut proses pembentukan
(genesa) dan perubahannya yang melibatkan unsur-unsur di atas. Berdasar
klasifikasi ini, dapat lebih mudah mengenali sifat dan potensi hingga kerawanan
yang dimilikinya, yang bermanfaat sebagai dasar dalam upaya pengelolaannya
berdasar keseimbangan dan kelestarian, di masa yang akan datang. Suatu
pengkelasan pantai berdasar genesa, morfologi serta kondisi perairannya
diusulkan sebagai berikut, mengikuti kriteria-kriteria:
Tektonik:
Proses tektonik akibat
konvergensi gerak lempeng dan kerak adalah sebagai kendali utama proses yang
menghasilkan geologi dan bentang alam pesisir dan pantai saat ini.
a. Penunjaman (Subduction): Gerak relatif kerak Samudra Hindia dan benua Australia ke utara
menghasilkan penunjaman di bawah Sumatra, Jawa dan sebagian Sunda Kecil (NTB).
Penunjamann dicirikan oleh palung dalam samudra, lereng depan curam, jalur
busur luar dan jalur volkanik. Pesisir dan pantai jalur ini umumnya dibentuk
oleh perbukitan terjal dengan tebing lereng depan curam tanpa tutupan tumbuhan.
Pantai umumnya menerima langsung hempasan gelombang dan erosi, sementara teluk
terbentuk dikontrol oleh struktur geologi yang rumit dan batas antar litologi.
Pasir pantai terbentuk di dataran sempit hasil akumulasi sedimen sungai.
Terumbu karang tumbuh di perairan yang terlindung di pantai pulau utama dan
pulau-pulau kecil.
Ciri morfologi pantai
dan pesisir lainnya adalah:
- Tebing curam
perbukitan pantai
- Erosi dan abrasi
kuat pada tebing curam
- Pantai datar berpasir relatif lurus
dengan asupan sedimen dari sungai kadang membentuk bukit pasir (sand dune)
dengan selingan rawa.
- Pola aliran sungai hampir tegak lurus
pantai dengan gradient tebing curam lambah sungai
- Kegempaan kuat dan sering kejadiannya,
adakalanya diikuti tsunami
- Penenggelaman bergantian dengan
pengangkatan pantai atau terumbu karang mengiringi proses penunjaman. Curah
hujan tinggi dan gejala geologi di kawasan ini memberikan bentang alam dengan
tebing dan lereng curam. Contoh kota pantai di jalur ini adalah: Sibolga,
Padang, Bnegkulu, Cilacap, dll.
b. Tumbukan (collision): Gerak lempeng yang saling bertumbukan menghasilkan batuan yang tercampur
aduk (chaotic) yang terkerat kuat oleh struktur geologi patahan dan rekahan.
Proses tumbukan dapat diamati hasilnya di kawasan antara Flores hingga
Wetar sebagai sisa jalur volkanik dengan ciri pantai kaki volkanikdengan
tutupan batu gamping terangkat, Sumba sebagai busur luarnya denganmorfologi
pantai teras terumbu terangkat, dan jalur Sabu-Rote dan Timor sebagai
jalur tumbukan dengan ciri pantai curam serta singkapan batu gamping
terangkat dengan terobosan lumpur endapan tua. Contoh kota di jalur
ini adalah: Kupang, Waingapu, Baa, dll
c. Gerakan Lateral : Jenis konvergensi yang menghasilkan batas pertemuan dari lempeng yang
saling geser ini di Indonesia tidak begitu mudah dilihat gejalanya didaratan,
kecuali di kepala burung Irian Jaya yang menghasilkan sesar geser. Sorong
dengan pegunungan terjal menghadap langsung ke laut membentuk pantai
curam berbukit. Patahan dan rekahan menandai jalur ini menyebabkan batuan
pantai bertebing curam bertambah rentan longsor dan terabrasi. Pantai di
jalur ini umumnya sangat labil dan rawan bencana, mengingat kegempaan juga
relatif tinggi (gempa dan tsunami di. P Biak). Contoh kota di mandala ini:
Biak, Manokwari, Sorong
d. Kraton Stabil : Inti atau kraton di Indonesia ditandai oleh hampir absennyakegempaan,
sebagaimana dicatat di Kalimantan (barat dan selatan) yang dianggap
sebagai kraton dari busur kepulauan Indonesia saat ini. Stabilnya kawasan
ini dari kerjaan gejala geologi menyebabkan gaya eksogen (cuaca, dll)
mengontrol lebih jauh dengan gejala denudasi atau pendataran (peneplain)
dari bentang alam pegunungan tua menghasilkan wilayah pesisir sangat
luas yang ditempati rawa dataran (lahan) basah (wet land) dari bentang alam
hilir yang telah lanjut. Dataran basah ditutupi rawa atau hutan tropis basah.
Estuari terbentuk lebar di bagian yang memiliki beda pasang tinggi, yang
pasang naiknya dapat dirasakan di pedalaman jauh dari muara. Rataan tebal
bakau menutup pantai, menahan gempuran gelombang dan menangkap sedimen
dari muara yang menyebar, menghasilkan akresi pantai. Contoh kota di
jalur ini adalah: Pontianak, Banjarmasin
e. Pantai terangkat dan tenggelam
: Jenis pantai yang mengalami pengangkatan dan penuruan dapat ditemukan
di berbagai pulau di kawasan yang saat ini berada pada jalur aktif tektonik
yang menghasilkan gerak tegak, di jalur tumbukan atau penunjaman. Di
darat, gejala ini terlihat di pantai yang bertutupan tumbuhan
adalahtenggelamnya sebagian tumbuhan (Cassuarina sp, mangrove, dll)
atau bentukkhusus terumbu karang yang menandai gejala ini (out side stepping)
dan gejala erosi pantai. Adanya pengangkatan dapat terlihat dari
bentuk undak teras pantai dan adanya akresi pantai sementara
munculnya terumbu karang membentuk daratan merupakan tanda di
bagian perairan. Penurunan daratan dapat diakibatkan oleh adamya
kompaksi endapan di pesisir, atau memang ada gejala kenaikan
permukaan air laut. Contoh kota di pulau ini adalah: Waingapu
(Sumba), Tuah Pejat (Mentawai)
f. Volkanik: Jalur gunung api menempati suatu kelurusan, yang di pulau besarseperti
Sumatra dan Jawa, hasil kegiatannya membentuk kerucut yang kakinya
tidak mencapai pesisir (kecuali beberapa: Muria, Rajabasa, dll), namun
di Sunda Kecil, pulau volkanik relatif kecil dan memiliki gugusan gunung
api yang muntahan kegiatannya mencapai pesisir dan masuk ke laut (Bali-Flores,
Alor). Batuan padat dan keras hasil kegiatan volkanik membentuk
tebing curam pantai pulau gunung api, diseling lereng landai kaki
gunung berbatuan lepas dan pasir membentuk pantai sempit datar.
Aliran lava atau lahar seringkali langsung masuk ke laut, membentuk
lereng dasar laut dengan kemiringan dan jenis batuannya tergantung
dari komposisi magmanya. Pantai sempit landai dengan sungai kecil
disekitarnya memungkinkan bakau tumbuh, adakalanya bersisian atau
menumpang di atas substrat pasiran danterumbu karang. Kota-kota pantai di
mintakat ini antara lain: Jepara, Denpasar, Larantuka, dll.
Pantai dan pesisir berdasar fisiografi kepulauan:
a. Pulau/daratan menghadap ke arah
samudera lepas : Pantai dan pesisir yang menghadap ke arah laut/samudera lepas
ditandai oleh tebing perbukitan curam, pantai berbentang alam kasar, berbukit
terjal menerima hempasan kuat gelombang. Pantai datar berpasir adakalanya menyelingi
pesisir ini, terbentuk oleh endapan sedimen sungai. Jalur ini umumnya erat
kaitannya dengan jalur tumbukan atau penunjaman. Gelombang besar merupakan
bagian dari sistim gelombang samudra, namun tsunami adakalanya terjadi menyusul
gempa kuat yang sering terjadi di jalur ini. Contoh kota di pesisir ini antara
lain: Sibolga, Padang, Bengkulu, Cilacap, dst.
b. Pantai – pesisir yang menghadap
cekungan belakang (tepian paparan) Cekungan belakang dari jalur konvergensi
tektonik ditandai oleh paparan landai luas dengan alur sungai (dendritic)
panjang dan dataran tangkapan hujan luas, mengalir berkelok-kelok melalui rawa
dan dataran limpahan banjir, ke pantai berawa dan ber tutupan tebal bakau
membentuk muara delta luas dengan pulau pulau delta di depannya. Jenis pesisir
ini dijumpai di perairan timur Sumatra utara Jawa dan selatan Irian. Contoh
kota yang mewakili dan berada di mintakat ini adalah: Lhokseumawe, Palembang,
Jakarta, Semarang, dll.
c. Pesisir menghadap tepian kontinen.
Indonesia memiliki dua tepian kontinen,
Sunda dan Sahul yang ke arah mana beberapa pulau menghadapnya dengan ciri
pantai landai dan sangat stabil dari gejala geologi. Dua paparan tersebut
menyisakan bentang alam dataran saat sempat kering ketika susut laut hingga
–145 m dari muka laut sekarang. Bentang alam saat susut laut memiliki kemiripan
dengan bentang pesisir sekarang, ditandai oleh daerah limpahan banjir, rataan
terumbu karang dan bakau serta endapan pasir pantai. Beberapa sisa bentang alam
tinggian masih terlihat berupa pulau pulau di perairan ini
(Senayang-Lingga-Bangka- Natuna-Karimata dll). Landai dan dangkalnya perairan
seringkali menyebabkan kekeruhan akibat agitasi laut saat musim barat sulit
hilang. Rataan tipis bakau menutup pesisir perairan. Sisa pematang pantai purba
membentuk rataan tipis oleh endapan pasir kuarsa. Terumbu karang kurang
pertumbuhannya di perairan ini yang umumnya ditandai oleh air keruh siltasi
sedimen agitasi gelombang. Kota-kota yang mewakili antara lain: Tanjung Pinang,
Pangkal Pinang, dll
d. Jalur pulau busur luar:
Jalur pulau non volkanik busur luar
terbentuk hampir menerus di barat dari pulau Sumatra menghadap ke lepas Samudra
Hindia. Di bagian timur busur Sunda, busur luar terbentuk kembali sebagai pulau
Sumba dan Sabu. Pulau-pulau tersebut terbentuk dari terangkatnya sedimen laut
oleh proses penunjaman dan tumbukan lepeng, dicirikan oleh lapisan batuan yang
terlipat membentuk perbukitan dan terpotong patahan. Adakalanya batu gamping
terumbu karang ikut terangkat keluar membentuk perbukitan di pantai bertebing
curam. Teluk terbentuk oleh struktur geologi, umumnya padanya bermuara sungai
membentuk endapan pasir disekelilingnya atau tutupan bakau. Dangkalan akibat
terangkatnya batuan, ditumbuhi terumbu karang yang di atasnya seringkali
kemudian tumbuh bakau. Sedimen lepas atau keras terkomkakan dari endapan
karbonat di pantai terbentuk dari hasil rombakan terumbu karang. Pulau-pulau di
barat Sumatra mengalami gerak pengangkatan mengiringi kegempaan yang adakalanya
diikuti tsunami, namun ditengarai pula adanya penurunan. Di Sumba dan Sabu,
pengangkatan lebih dominan dan menerus menghasilkan undak teras. Kota-kota yang
mewakili, antara lain: Muara Siberut, Waingapu, Seba, Baa, dll
e. Pulau gunung api:
Pantai pulau ini dicirikan oleh endapan
bahan volkanik yang dimuntahkan hingga ke perairan membentuk pesisir pantai
landai di bagian mana sering ditumbuhi bakau dan terumbu karang di perairannya.
Endapan lahar atau lava sering mencapai rataan bakau dan terumbu, namun dapat
segera tumbuh pulih kembali setelah 5-6 tahun kemudian. Pulau-pulau ini
membentuk jajaran dari Bali hingga Flores. Pantai curam terbentuk oleh
terobosan batuan volkanik atau batuan tufa lelehan dan lahar konglomeratan yang
tersemenkan. Lembah sungai dalam di hulu berakhir pada muara yang berpantai
landai pada pesisir datar, namun sering berupa muara sempit. Contoh kota yang
mewakili mintakat ini antara lain: Denpasar, Mataram, Bima, Banda, Maumere, dll
f. Pulau kecil di laut dalam:
Guyot dan kerucut gunung api aktif
banyak ditemukan di perairan Laut Banda, membubung naik dari kedalaman
membentuk pulau yang terisolasi. Pulau-pulau ini dicirikan oleh lereng perairan
curam, namun lereng atas dekat permukaannya sering dikelilingi oleh terumbu
karang yang menempel pada batuan volkanik. Terumbu karang adakalanya terangkat
membentuk undak sempit batu gamping karang dengan takik ombak, sebagai bukti
adanya pengangkatan. Pantai sempit landai adakalanya ditumbuhi bakau. Contoh
kota yang mewakili pemukiman di pulau ini antara lain adalah Banda
g. Pulau-pulau kecil di paparan tepian
kontinen.
Pulau terbentuk oleh tinggian batuan
yang resistan dari kerjaan cuaca di kawasan geologi yang stabil bagian dari
paparan kontinen. Perubahan paras muka laut lebih mengontrol evolusi morfologi
perairan ini membentuk alur perairan dangkal yang ditutupi endapan pantai dan
sungai purba. Dangkalnya perairan menyebabkan kekeruhan tidak mudah hilang,
menyebabkan kualitas terumbu karang kurang baik namun endapan pantai di
perairan tenang mengalasi rataan tebal bakau. Pantai purba sempit terbentuk di
pesisir yang menghadap ke periaran bebas yang bergelombang kuat yang membantu
pembentukan endapan pasir kuarsa putih. Contoh kota yang menempati gugusan
pulau ini adalah: Pangkal Pinang, Tanjung Pinang, dll.
h. Pulau Delta:
Pulau-pulau delta terbentuk di bagian
perairan landai di muara sungai yang mengalir jauh dari pedalaman mengangkut
sedimen yang diendapkan dan membentuk pulau-pulau ini. Hampir seluruh pulau
umumnya ditutupi bakau atau hutan tropis dataran basah pada kisaran supra tidal
atau intertidal. Kota-kota di pesisir timur Sumatra dari Riau hingga Jambi
menempati kawasan ini (Rumbai, dst). Daerah peralihan antara daratn dan lautan
sering ditandai dengan adnya suatu perubahan kedalaman. Ada tiga daerah untuk
membedakan kedalaman, yaitu sebagai berikut.
a. Continental Shelf
Continental Shelf adalah suatu daerah
yang mempunyai lereng yang landai (kemiringan kira-kira sebesar 0,4 %) dan
berbatasan langsung dengan daerah daratan. Daerah ini biasanya mempunyai lebar
antara 50-70 km dan kedalam maksimum dari lautan yang ada di atasnya tidak
lebih besar di antara 100-200 m.
b. Continental Slope
Continental Slope mempunyai lereng yang
lebih terjal dari Continental Shel di mana kemiringannya bervariasi antara 3 %
dan 6 %.
c. Continental Rise
Daerah ini merupakan daerah yang
mempunyai lereng yang kemudian perlahan lahan menjadi datar pada dasar lautan.
Masih ada lagi istilah di kawasan pantai, yaitu lepas pantai (offshore),
tepi laut depan (foreshore), dan tepi laut belakng (backshore).
Adapun rincian penjelannya yaitu:
a. kawasan lepas
pantai (offshore) adalah daerah yang ada di luar lintasan gelombang laut
b. kawasan tepi laut depan (foreshore)
dibatasi dari zona pasang rendah hingga pasang tinggi.
c. Kawasan tepi laut belakang (backshore)
adalah kawasan yang tidak tergenang laut pada waktu pasang tinggi, tetapi hanya
terbenam bila ada gelombang ataupasang yang sangat besar.
Adapun kenampakan yang
terkait dengan pantai yaitu:
a.Laguna (haff)
atau danau pantai atau pantai berdanau, yaitu bagian laut yang ada di tepi
pantai yang terpisah sebagian atau seluruhnya akibat adanya lidah tanah atau
kubus pesisir (nehrung)
b. Estuarium adalah sebagian lembah yang sudah tenggelam di sebuah pantai
rendah. Estuarium terjadi karena di tempat itu terdapat perbedaan besarantara
tingginya air laut pada waktu pasang naik dan pasang surut. Estuarium berbentuk
corong agak jauh kea rah darat.
c. Delta adalah daratan yang rendah
sekali di muara sebuah sungai, yang terjadi karena pengendapan hasil erosi
d. Fyord adalah lembah-lembah gletser
pada zaman es yang digenangi kembali oleh air laut setelah berakhirnya zaman es
e. Ria adalah genangan air laut yang
terdapat pada lembah sungai yang mengalami penurunan.
f. Teluk adalah laut
yang menjorok ke darat.
Pantai dengan pengaruh kegiatan manusia:
a. Pemukiman Tradisional:
Pantai dan pesisir telah terubah dari
bentang dan bentuk semula oleh kebutuhan manusia yang dibangun sepanjang pantai
atau pesisir. Pemukiman dan pelabuhan merupakan perubahan yang paling awal
dilakukan di pantai.
- Diatas perairan:
Manusia yang kehidupannya tergantung
pada laut merasa nyaman tinggal dan membangun pemukimannya di atas air (Suku
Bajo, Orang Laut, dll). Pemukiman dibangun dan disangga oleh tiang kayu di atas
batas pasut tertinggi.
- Diatas pematang
pantai :
Pemukiman dapat juga dibangun diatas
rataan pasir pantai yang terbebas dari pasang tertinggi, di tempat mana manusia
dapat memperoleh air tawar dari sumber atau dengan membuat sumur. Kegiatan
meramu hutan dan bercocok ringan mulai dilakukan.
b.Pemukiman baru
Pembangunan pemukiman baru dilakukan di
pesisir dengan memperkuat pantai, membuat perlindungan dari erosi dan limpasan
gelombang. Pembuatan turap pelindung mengubah sama sekali bentang pantai. Bakau
dihilangkan untuk memperoleh pandangan ke laut lepas.
c.Pelabuhan
Tempat berlabuh memerlukan perairan
tenang terbebas setiap saat dari kesulitan sandar dan memrlukan perairan dalam.
Perluasan pelabuhan untuk ukuran kapal lebih besar mengubah bentang alam, yang semula
hanya terbuat dari dermaga kayu sederhana menjadi demikian masif terbuat dari
bangunan beton dengan turap. Pembangunan pelabuhan mengubah bentang pantai.
d.Kota Besar Pesisir
Pembangunan pemukiman berskala besar
dari perluasan kota cenderung berdampak pada terubahnya bentang alam wilayah
pesisir menjadi blok-blok perumahan yang penataannya lebih didasarkan pada
efisiensi ruang semaksimal mungkin. Kondisi demikian tidak lagi mengindahkan
keperluan keseimbangan estetika mupun daya dukung lingkungan. Adakalanya
pengelolaan limbah pemukiman juga terabaikan dengan dampak semakin buruknya
kualitas pantai dan perairan.
e.Pantai Reklamasi:
Reklamasi pantai demi memperoleh lahan
lebih luas merupakan kegiatan palingburuk yang mengubah bentang alam asli
pantai dan wilayah pesisir.Penataan ruang bentang alam yang diperoleh harus
dilakukan dengan perhitungan dan perencanaan yang matang sehingga ruang baru
dapat menyatu dengan bentang alam asli disekelilingnya.
f.Tambak (ponds):
Tambak dibangun diperairan intertidal
dengan membuka tutupan lahan asli berupa bakau dan lahan rawa. Kegiatan ini
mengubah bentang alam dalam skala luas di pesisir datar dengan kisaran pasut
tidak terlalu kuat. Seringkali tambak dibuat langsung di perairan pinggir laut,
namun seringkali menyisakan rataan tipis bakau sebagai pelindung dan penangkap
sedimen. Pertambakan luas dikembangkan di perairan tepian kontinen.
g. Hunian wisata:
Beberapa tempat terpilih sebagai
kegiatan hunian wisata, dalam format besar dan modern maupun kecil bernuansa
ekowisata. Bentang alam umumnya terubah pada hunian wisata masif dan modern
berupa hotel atau bungalow, sementara nuansa asli seringkali justru
dipertahankan pada hunian ekowisata.
Laut
Laut adalah bagian
dari permukaan bumi yang digenangi oleh air dan mempunyai kadar garam yang
cukup tinggi. Ilmu yang mempelajari laut adalah oseanografi. Indonesia adalah
Negara maritime, luas laut territorial sebesar 3,1 juta km2 atau kira-kira 63 %
dari seluruh wilayah Indonesia.
• Jenis-jenis laut
Laut dapat
dikelompokkan menurut letak, kedalaman, dan terjadinya.
1. menurut letaknya, laut dapat di bedakan menjadi tiga, yaitu sebagai
berikut.
a. laut tepi adalah laut yang terletak di tepi benua, seakan-akan terpisah
oleh sederetan pulau-pulau atau jajazirah, seperti laut cina selatan.
b. Laut pertengahan adalah laut yang terletak di antara benua, seperti laut
tengah yang berada di antara benua eropa, benua afrika dan benua asia.
c. Laut pedalaman adalah laut yang berada di tengah-tengah benua atau laut
yang dikelilingi oleh daratan, seperti laut mati, laut hitam, dan laut kaspia.
2. menurut kedalamanya, laut dapat dibedakan menjadi empat, yaitu ebagi
berikut.
a. zona litoral (zona pesisir), yaitu laut yang terletak di antara garis
pasang dan garis surut.
b. Zona neritios,
yaitu laut yang mempunyai kedalaman dari 0 m - 200 m.
wilayah ini memiliki cirri-ciri:
1. sinar matahari
masih tembus sampai dasar laut
2. kedalaman 200 m
3. tempat ikan dan
tumbuhan laut, seperti yang terdapat di laut jawa, selat malaka, dan laut arafuru
c. zona bathyal, yaitu
laut dengan kedalaman 200 m – 1000 m. wilayah ini
memiliki cirri-ciri:
1. sinar matahari tidak bisa mencapai
dasar laut
2. ikan dan tumbuhan
yang dihidup di wilayah ini mulai berkurang
d. zona abyssal, yaitu
laut yang mempunyai kedalaman 1000 m – sampai
6000 m. wilayah ini
memiliki cirri-ciri:
1. sinar matahari
tidak ada lagi
2. suhu sangat rendah
hingga mencapai titik beku
3. tumbuhan dan
binatang yang ada sangat terbatas.
3. menurut terjadinya, laut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
a. laut trangresi (laut genangan), yaitu laut yang terjadi setelah zaman es
berakhir, dengan kedalaman kurang dari 200 m. contoh, laut transgresi adalah
laut yang memisahkan pulau-pulau di Indonesia.
b. laut ingresi (laut tanah turun), yaitu laut yang terjadi akibat tanah
longsor, patahan atau pelipatan kulit bumi dan biasanya sangat dalam.
Contohnya, laut banda
Morfologi Laut Dan Pantai
Pada mulanya dipercaya
bahwa permukaan dasar lautan itu adalah datar dan tidak mempunyai bentuk.
Namun, ilmu-ilmu modern sekarang telah membuktikan bahwa topografi laut
kompleks seperti daratan. Dasar laut hamper sama dengan permukaan bumi, ada
yang datar, rata, lereng, ngarai, lembah, dan ada juga dataran rendah, dataran
tinggi, dan gunung berapi.
• Relief dasar laut
a. daerah jeluk
(abisal) daerah atau kawasan ini relative datar terletak di bagian laut dalam.
Kawasan abisal luasnya mencakup hingga dua pertiga luas dasar lautan.
b. Trench Palung memanjang adalah ngarai dasar laut sempit yang dalam dan
panjang. Bagian laut yang terdalam adalah berbentuk seperti saluran yang
seolah-olah terpisah sangat dalam yang terdapat di perbatasan antara benua
dengan kepulauan. Contohnya palung jawa. Palung ini ada yang mencapai kedalaman
7700 m.
c. Seamount .Gunung laut adalah gunung yang ada di dasar laut. Gunung
tersebut merupakan gunung-gunung berapi yang muncul dari dasar lautan, tetapi
tidak dapat mencapai permukaan laut. Seamount mempunyai lereng
yang curam, berpuncak runcing dan kemungkinan mempunyai tinggi 1 km.
d. pulau gunung api pulau gunung api adalah gunung api laut yang tersembul
hingga permukaan laut.
e. punggung laut atau pematang tengah samudera pematang tengah samudera
adalah pegunungan besar dan sangat panjang yang ada di tengah samudera.
Panjangnya hingga puluhan ribu kilometer. Contohnya. Pematang tengah samudera
pasifik dan pematang tengah samudera atlantik.
f. atol-atol daerah ini terdiri dari kumpulan pulau-pulau yang sebagaian
tenggelam di bawah permukaan air. Batu-batuan yang terdapat di sini ditandai
oleh adanya terumbu karang yang terbentuk seperti cincin. Adapun Pantai yaitu
terdiri dari beberapa kelompok yaitu:
a.Pantai curam
singkapan batuan : Jenis pantai ini umumnya ditemukan di pesisir yang menghadap
laut lepas dan merupakan bagian jalur tunjaman/tumbukan, berupa pantai curam
singkapan batuan volkanik, terobosan, malihan atau sedimen. Jenis pantai
ditemukan pantai barat Sumatra, Pulau Simeuleule hingga Enggano, Pantai Selatan
Jawa, Nusa Dua-Bali, Pantai selatan Lombok - Flores, Sumba, Sabu, Rote, Timor,
Solor - Wetar, Pantai timur Tanimbar, Pantai utara Ceram Irian Jaya.
b.Pantai landai atau
datar: Pesisir datar hingga landai menempati bagian mintakat kraton stabil atau
cekungan belakang. Absennya gejala geologi berupa pengangkatan dan perlipatan
atau volkanisme, pembentukan pantai dikendalikan oleh proses eksogen cuaca dan
hidrologi. Estuari lebar menandai muara dengan tutupan tebal bakau. Bagian
pesisir dalam ditandai dataran rawa atau lahan basah. Sedimentasi kuat terjadi
di perairan bila di hulu mengalami erosi. Progradasi pantai atau pembentukan
delta sangat lazim. Kompaksi sedimen diiringi penurunan permukaan tanah,
sementara air tanah tawar sulit ditemukan.
c.Pantai dengan bukit
atau paparan pasir: Pantai menghadap perairan bergelombang dan angin kuat
dengan asupan sedimen sungai cukup, umumnya membentuk rataan dan perbukitan
pasir. Kondisi kering dan berangin kuat dapat membentuk perbukitan pasir. Air
tanah seringkali terkumpul dari air meteorik yang terjebak. Sementasi sedimen
terbentuk bila terdapat cukup kelembaban dari air laut (spray) dan terik
matahari. Jenis pantai ini berkembang baik di perairan yang menghadap samudra
Hindia (Sumatra pantai barat, Jawa, dst.). Paparan pasir juga terbentuk di
perairan yang menghadap cekungan dalam di pulau kecil atau gunung api sejauh
cukup landai lereng pantai dan sedimen sungai serta agitasi gelombangnya.
d. Pantai lurus dan panjang dari pesisir datar: Pantai tepian samudra
dengan agitasi kuat gelombang serta memiliki sejumlah muara sungai kecil berjajar
padanya dengan asupan sedimen, dapat membentuk garis lurus dan panjang pantai
berpasir. Erosi terjadi bila terjadi ketidak seimbangan lereng dasar perairan
dan asupan sedimen.
e. Pantai berbukit dan tebing terjal: Bentang pantai ini ditemukan di berbagai
mintakat berbeda, yaitu di jalur tumbukan/tunjaman, jalur volkanik, pulau-pulau
sisa tinggian di paparan tepi kontinen, jalur busur luar atau jalur tektonik
geser. Batuan keras yang terkerat patahan dan rekahan umun dijumpai di kawasan
yang gejala tektoniknya kuat. Batuan terobosan atau bekuan tufa dapat membentuk
tebing terjal di pantai pulau volkanik. Di kawasan dengan proses pengangkatan
dan pelipatan, kecuraman lereng pantai atau bukit adakalanya tergantung arah
lipatan dan kemiringan perlapisan dan kekerasan maupun kestabilan batuannya.
Terjalnya tebing pantai dan kuatnya agitasi gelombang meniadakan peluang
terumbu karang tumbuh, demikian halnya dengan bakau. Tutupan tumbuhan masih
mampu tumbuh di lapukan batuan, terutama di kawasan dengan curah hujan memadai.
f. Pantai erosi Terjadinya erosi terhadap pantai disebabkan oleh adanya:
batuan atau endapan yang mudah tererosi, agen erosi berupa air oleh berbagai
bentuk gerak air. Gerak air dalam hal ini bisa berupa arus yang mengikis
endapan atau agitasi gelombang yang menyebabkan abrasi pada batuan. Erosi tidak
hanya berlangsung di permukaan, namun juga yang terjadi di permukaan sedimen
dasar perairan. Erosi maksimum terjadi bila enersi dari agen erosi mencapai
titik paling lemah materi tererosi. Pada sedimen lepas di pantai, arus sejajar
pantai oleh adanya gelombang atau arus pasang surut sudah mampu menjadi
penyebab erosi. Erosi yang terjadi pada dasar perairan akan mengubah lereng
yang berdampak pada perubahan posisi jatuhnya enersi gelombang pada pantai.
Berikutnya, agitasi gelombang dapat merusak titik terlemah dari apapun yang
ditemukan dengan enersi maksimal. Pencapaian titik terlemah dapat terjadi bila
saat badai dengan gelombang kuat terjadi bersamaan dengan posisi paras muka
laut jatuh pada sisi paling lemah, yaitu permukaan rataan pasir pantai. Erosi
diperparah bila sedimen sungai yang menjadi penyeimbang tidak cukup mengganti
sedimen yang tererosi. Jenis pantai dengan ancaman seperti ini terdapat di
pesisir barat Sumatra, selatan Jawa dan beberapa tempat yang menghadap perairan
dengan agitasi gelombang kuat. Pada tebing pantai batuan keras, abrasi terjadi
pula namun memerlukan waktu lama untuk menghasilkan dampak yang terlihat. Takik
pada batuan di ketinggian tertentu diakibatkan kerjaan abrasi ini, bila takik
terlalu dalam dan beban tidak dapat tertahan lagi, bagian atas tebing runtuh.
Pada beberapa kejadian, takik juga dipercepat dalamnya oleh kegiatan pelubangan
biota.
g. Pantai akresi: Proses akresi terjadi di pesisir yang menerima asupan sedimen lebih dari jumlah yang kemudian dierosi oleh laut. Dengan demikian, akresi merupakan kebalikan dari proses erosi. Keseimbangan yang menyebabkan dua proses tersebut berlangsung bergantian adalah kondisi: berubahnya paras muka laut, perubahan enersi agen erosi, perubahan jumlah sedimen yang tersedia, dan lereng dari dasar perairan. Akresi pantai oleh sedimen halus sering diikuti tumbuhnya bakau yang berfungsi kemudian sebagai penguat endapan baru dari erosi atau longsor. Kecepatan akresi di beberapa pantai dikendalikan oleh intensifnya sedimentasi hasil erosi di hulu.
PENGEMBANGAN KAWASAN PANTAI KAITANNYA
DENGAN GEOMORFOLOGI
December
17, 2010
Kelompok Lima HMG Unpad
09Uncategorized Bentuk
Dan Genesa Pantai Delta,dataran
aluvial, Outwosh
Plain, Pantai
berdataran yang luas dan panjang Leave a
comment
1. PENDAHULUAN
1.1.
Wilayah pantai, seperti juga wilayah-wilayah lain di bumi, terbentuk oleh
berbagai proses geologi yaitu proses endogen yang diprakarsai
oleh proses yang terjadi dari dalam bumi, dan proses exogen yang
dimotori oleh kegiatan dari luar bumi.
Proses endogen bermula dari
gerak-gerak daari dalam bumi seperti gempa bumi, letusan gunungapi; proses
tersebut membentuk benua, lautan, deretan pegunungan, dsb. Proses exogen
diprakarsai oleh pancaran sinar matahari, kegiatan atmosfir tanah, erosi oleh
air/angin/es, transport sediment, dan sedimentasi di berbagai tempat.
1.2. Pemanasan global merupakan
bagian dari aktivitas iklim dan cuaca secara global yang penyebabnya tidak
mudah untuk diketahui dengan pasti antara lain oleh :
- menaiknya intensitas radiasi
matahari (?)
- variasi dari perputaran bumi,
dan berubahnya sumbu bumi (?)
- faktor geologi : berkurangnya
ketinggian daratan oleh berbagai sebab sehingga berkurangnya curah hujan,
berkembangnya tudung es di ketinggian sehingga turut “memanaskan” bumi secara
global
- menaiknya jumlah karbon
dioxida di udara oleh berbagai faktor; sebaliknya menurunnya karbon dioxida
yang disertai dengan naiknya permukaan daratan ke elevasi yang lebih tinggi
akan dapat menurunkan suhu bumi dan menimbulkan glasiasi
- pergerakan benua ke arah
wilayah ayang labil tinggi temperaturnya juga dapat menyebabkan melelehnya es.
1.3. Wilayah pantai merupakan
wilayah pertemuan antara daratan dan lautan. Perubahan-perubahan yang terjadi
sebagai akibat proses endogen dan exogen akan dapat terlihat pada wilayah
tersebut, baik perubahan dari geomorfologi, proses-proses erosi dan
sedimentasi, jenis tanah dan batuan sedimen yang terbentuk, kondisi
hidrogeologi, berbagai proses bencana alam, dan perubahan ekosistem maupun
lingkungan manusia
1.4. Wilayah pantai yang
umumnya datar, berbatasan dengan laut, banyak sungai, airtanah yang relatif
dangkal, serta terkadang mengandung mineral ekonomis, berpandangan indah dan
mempunyai terumbu karang tentu sangat menarik dan dapat mendukung berbagai
pembangunan. Kota-kota, pelabuhan, pertanian dan perikanan, wisata bahari,
kawasan industri, bahkan kadang-kadang penambangan mineral dan bahan bangunan
dapat berkembang di wilayah pantai. Banyak kota besar, kota pelabuhan, kota
perdagangan, dan ibu kota negara atau ibu kota daerah berada di sana.
Pemanasan global yang berakibat
naiknya muka laut dengan demikian akan dapat menimbulkan dampak yang serius
bagi wilayah pantai tersebut.
2. JENIS-JENIS
PANTAI
Bentuk-bentuk pantai ada
berbagai macam sebagai akibat dari berbagai proses geologi yang membentuknya
dan batuan serta struktur geologi yang mengendalikannya. Ada pantai yang
berbentuk dataran yang landai baik yang sempit maupun yang lebar, atau pantai
yang bertebing terjal dan berbatu-batu, dan berteluk-teluk. Berikut ini
beberapa ulasan mengenai hal tersebut.
2.1. Bentuk Dan Genesa Pantai
Johnson mengenali berbagai
bentuk pantai antara lain :
1) Pantai bertebing terjal dan
berteluk-teluk (fyord) :
Pantai berbatasan langsung
dengan kaki bukit/gunung atau dengan dataran yang sempit. Teluk-teluk
berselingan dengan punggungan bukit dengan berbagai struktur geologi seperti
struktur lipatan, patahan, komplex, atau gunungapi. Dasar laut umumnya terjal,
langsung ke laut dalam. Gejala demikian terlihat di Dalmasia, Spanyol, Pasifik
Selatan, dan mungkin juga di Indonesia bagian Timur. Hal tersebut disebabkan
oleh tenggelamnya wilayah tersebut oleh genangan airlaut (submergence).
2) Pantai berdataran yang luas dan
panjang :
Pantai ini mempunyai ciri
adanya dataran yang luas. Banyak yang lurus, dasar laut yang relatif dangkal
dan merupakan hasil endapan sedimen dari daratan, dengan kemiringan kearah laut
dalam secara gradual.
Kerja gelombang di pantai
menghasilkan berbagai morfologi seperti pematang pantai (barrier bars) laguna
(lagoon) dengan “tidal inlet”, dan delta
Banyak dari gejala tersebut di
atas dibentuk karena munculnya dasar laut, ke permukaan.
Dalam perkembangannya, kedua
jenis pantai tersebut dapat berelevasi ke berbagai bentuk pantai.
Selain kedua jenis pantai
tersebut, yang bentuk-bentuknya dipengaruhi oleh kondisi muka laut, maka
terdapat pula bentuk-bentuk pantai yang lain :
3) Delta, dataran aluvial, dan
“Outwosh Plain”.
Delta merupakan
dataran di muara sungai yang terbentuk sebagai akibat dari endapan sedimen di
laut yang berasal dari sungai. Berbagai bentuk delta dikenal tergantung kepada
kondisi morfologi sungai, morfologi dataran, arah gelombang laut, kedalaman
laut, dsb.
Dataran
Aluvial merupakan
wilayah yang datar atau hampir datar yang terbentuk oleh endapan yang dibawa
air. Beberapa jenis bentuk “dataran aluvial” antara lain :
a. Kipas aluvial, berbentuk
“kipas” dengan apex berada pada bagian hulu dan kakinya berada di bagian hilir.
Umumnya berada pada perbatasan antara wilayah pegunungan/perbukitan dengan
wilayah dataran. Kemiringan lereng bervariasi antara 0o – 30 o,
makin ke hilir makin mendatar.
b. Dataran sungai; merupakan
dataran di dalam tubuh sungai yang terbentuk oleh sedimentasi (point bars).
Endapan dapat berupa bongkah, kerakal, kerikil, pasir, lanau, danlempung.
c. Dataran banjir; berupa dataran
yang luas yang berada pada kiri kanan sungai yang terbentuk oleh sedimen akibat
limpasan banjir sungai tersebut. Umumnya berupa pasir, lanau, dan lumpur.
d. Dataran pantai; suatu dataran
di tepi pantai yang terbentuk oleh endapan akibat gelombang laut di saat
kondisi pasang dan surut. Umumnya berupa bongkah, kerakal, dan pasir.
e. Dataran rawa; merupakan dataran
bekas rawa-rawa dekat pantai, terbentuk sebagai akibat dari kondisi surut muka
laut atau naiknya permukaan daratan (emmergence). Terdiri dari tanah pasir
halus, lumpur, dan lumpur/tanah organik, gambut.
Segala jenis endapan di wilayah
dataran tersebut dia tas umumnya bersifat lepas, lunak, lembek, belulm tersemen
kuat sehingga bersifat lolos air, mudah terkikis, mudah ambles khususnya yang
bersifat lempung dan organik.
terimakasih banyak,artikelnya bermanfaat sekali
ReplyDeleteanak angkatan 2011 jg ya,saya juga tp dr surabaya,salam kenal :)
Tks atas artikelnya sgt bermanfaat
ReplyDeletesangat bermanfaat artikelnya .. :)
ReplyDelete,boleh minta referensinya.. ?
makasi bantuannya...
ReplyDeleteTerimakasih ats tulisannya, sangat membantu untuk saya yang baru kecemplung di dunia pesisir :)
ReplyDeleteDesain webnya bagus\^o^/
ReplyDeleteterimakasih artikelnya saat bermanfaat, ditambah lagi dengan musik penenangnya yang sebenarnya jarang atau bahkan belum pernah saya dengar. saya sangat menikmatinya, terimakasih :)
ReplyDeletemba boleh minta lagu2nya ga ? bagus euy ke email aja alamatnya klo boleh rumputhijaugugur@gmail.com
ReplyDeletesangat bagus isi blognya, boleh minta cantumin daftar pusatakanya gak?
ReplyDeleteBiasa aja
ReplyDelete