Tata
bahasa Bahasa Indonesia dalam EYD (ejaan
yang disempurnakan)
Ejaan
yang disempurnakan atau yang lebih dekenal dengan singkatan EYD adalah ejaan
yang mulai resmi dipakai dan digunakan di Indonesia tanngal 16 agustus 1972.
Ejaan ini masih tetap digunakan hingga saat ini. EYD adalah rangkaian aturan
yang wajib digunakan dan ditaati dalam tulisan bahasa indonesia resmi. EYD
mencakup penggunaan dalam 12 hal, yaitu penggunaan huruf besar (kapital), tanda
koma, tanda titik, tanda seru, tanda hubung, tanda titik koma, tanda tanya,
tanda petik, tanda titik dua, tanda kurung, tanda elipsis, dan tanda garis
miring
a. Sejarah
Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama ditandatangani oleh Menteri
Pelajaran Malaysia Tun Hussein Onn dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Mashuri. Pernyataan
bersama tersebut mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah
disepakati oleh para ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang
Disempurnakan. Pada tanggal 16 Agustus1972, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1972,
berlakulah sistem ejaan Latin bagi bahasa Melayu ("Rumi"
dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) dan bahasa Indonesia. Di
Malaysia, ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan
Rumi Bersama (ERB).
Selanjutnya pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan
buku "Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan" dengan penjelasan kaidah penggunaan yang
lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 27 Agustus 1975 Nomor 0196/U/1975
memberlakukan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan" dan "Pedoman Umum Pembentukan Istilah".
Pada tahun 1987, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0543a/U/1987 tentang
Penyempurnaan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan". Keputusan menteri ini menyempurnakan EYD edisi 1975.
Pada tahun 2009, Menteri Pendidikan Nasional mengeluarkan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Dengan dikeluarkannya peraturan
menteri ini, maka EYD edisi 1987 diganti dan dinyatakan tidak berlaku lagi
Pendahuluan
1. pengertian
A.kata
Salah satu sifat tata bahasa tradisional ialah
analisisnya berdasarkan arti. Sifat ini tercermin juga pada penentuan kata.
Secara tradisional kata dijelaskan sebagai kumpulan huruf yang mengandung arti.
Jadi setiap kata tentu mengandung arti.
PENGGOLONGAN
KATA SECARA TRADISIONAL
Penggolongan Kata oleh C. A. Mees (1957)
·
Kata
benda atau nomen substantivum
Kata benda ialah kata yang menyebut
nama substansi atau perwujudan. Kata benda dibedakan menjadi kata benda konkret
dan kata benda abstrak, yaitu bisa berupa kata dasar atau kata turunan.
1.
Kata
keadaan atau nomen adjectivum
Fungsi kata keadaan:
a. Fungsi
predikat, yaitu apabila menduduki fungsi predikat.
b. Fungsi
atributif, yaitu apabila terikat pada kata benda.
c. Fungsi
substantif, yaitu apabila kata keadaan disubstantifkan oleh kata sandang dan
mengganti substantif yang bersangkutan.
2.
Kata
ganti atau pronominal
Kata ganti adalah kata yang
menunjuk, menyatakan, atau menanyakan tentang sebuah substansi. Macam-macam
kata golongan:
Kata ganti persona, yaitu kata yang mengganti nama
persona.
-
kata ganti persona pertama, misalnya aku, saya, kami.
-
kata ganti persona kedua, misalnya engkau, kamu, tuan.
-
kata ganti persona ketiga, misalnya ia, dia, mereka
3.
Kata ganti mendiri ialah kata ganti yang
mengganti diri persona itu sendiri, yaitu kata diri dan diri
sendiri.
·
Kata ganti penunjuk ialah kata yang menunjuk
tempat sesuatu substansi, yaitu kata ini dan itu.
·
Kata ganti relatif ialah kata yang menyatakan
perhubungan antara sebuah sustansi dengan kalimat yang menjelaskan, yaitu
kata yang.
·
Kata ganti penanya, yaitu yang menyatakan
pertanyaan mengenai nama substansi, misalnya kata apa, siapa, dan mana.
·
Kata ganti tak tentu, yaitu kata yang
menyatakan suatu substansi yang tak tentu, misalnya kata apa,
siapa-siapa, anu, sesuatu.
·
Kata kerja transitif, yaitu kata kerja yang
membutuhkan substantif supaya sempurna artinya.
·
Kata kerja intransitif, yaitu kata kerja yang
sudah sempurna artinya, maka tidak dapat dibubuhi substantif sebagai pelengkap.
4.
Kata
kerja atau verbum
Selain itu ada kata kerja kopula, yaitu kata kerja yang
bertindak sebagai kopula, misalnya kata adalah, jadi, menjadi.
5.
Kata
Bilangan atau numeri
·
Induk kata bilangan, misalnya kata satu,
dua, seratus, lima ribu.
·
Kata bilangan tak tentu, misalnya kata beberapa,
segala.
·
Kata bilangan kumpulan, misalnya kata ketiga,
berlima.
·
Kata bilangan tingkat, misalnya kata kesatu,
kedua, ketiga.
·
Kata bilangan pecahan, misalnya kata dua
pertiga, seperdua.
6.
Kata
sandang atau articulus
Menurut fungsi dan pemakaiannya dibedakan menjadi:
(1) kata sandang tentu, yaitu kata yang;
(2) kata sandang persona, yaitu kata si dan sang;
(3) kata sandang tak tentu, yaitu kata seorang,
sebuah, sesuatu.
7.
Kata
depan atau praepositio
Kata depan dipakai untuk
menjelaskan pertalian kata-kata. Kata depan yang tulen adalah di, ke,
dari. Di samping itu terdapat kata depan yang lain, yaitupada, akan,
dengan, serta, antara, untuk, dan sebagainya.
8.
Kata
keterangan atau adverbium
adalah kata yang menerangkan 1. kata kerja dalam segala
fungsinya, 2. kata keadaan dalam segala fungsinya, 3. kata keterangan, 4. kata
bilangan, 5. predikat kalimat, dan 6. menegaskan subjek dan predikat kalimat.
·
Kata keterangan waktu: dahulu, kemarin,
hari ini, selamanya.
·
Kata keterangan modal, dibedakan menjadi:
-
kepastian, misalnya memang, niscaya, pasti, dan lain-lain.
-
Pengakuan, misalnya kata ya, benar, betul, sebenarnya.
-
Kesangsian, misalnya kata agaknya, barangkali.
-
Keinginan, misalnya kata moga-moga, mudah-mudahan.
-
Ajakan, misalnya kata baik, mari, hendaknya.
-
Kewajiban, misalnya kata harus, perlu, wajib.
-
Larangan, ialah kata jangan.
-
Ingkaran, ialah kata bukan, bukannya, tidak.
-
Keheranan, ialah kata mustahil, mana boleh.
·
Kata keterangan tempat dan jurusan, misalnya
kata di sini, dari situ, ke sana, dari mana, dan sebagainya.
·
Kata keterangan kaifat atau kualitatif,
misalnya perlahan-lahan, dengan gembira, kuat-kuat, selebar-lebarnya,
dan sebagainya.
·
Kata keterangan derajat dan permana, misalnya
kata amat, hampir.
·
Kata tekanan, ialah kah, gerangan,
pula, pun, lah.
9.
Kata
sambung atau conjungtio
ialah kata yang menghubungkan
kata-kata, bagian-bagian kalimat, dan kalimat. Yang termasuk kata sambung
misalnya kata apabila, bilamana, lagi pula, dan, agar, karena, dan
sebagainya.
10. Kata seru atau interjection
Kata
seru ialah kata yang menirukan bunyi manusia. Yang termasuk golongan kata seru
misalnya ya, wah, ah, hai, o, oh, cis, dan sebagianya.
PENGGOLONGAN
KATA SECARA NONTRADISIONAL
Penggolongan
Kata oleh Slametmuljana
Berdasrkan fungsi kata dalam
kalimat, kata digolongkan menjadi:
1. Kata-kata yang pada hakekatnya hanya
melakukan jabatan gatra sebutan
·
Kata keadaan, misalnya kata besar, sukar,
bagus, dan sebagainya.
·
Kata kerja, misalnya kata mendayung,
menangkap, diangkut.
-
kata kerja bantu ialah kata kerja yang menyatakan perbuatan yang ditunjuk
terbatas dalam lingkungannya sendiri, misalnya kata jatuh danmenangis.
-
Kata kerja langsung ialah kata kerja yang dapat berhubungan dengan pelaku kedua
(objek) tanpa perantara kata lain, misalnya membaca.
-
Kata kerja sambung ialah kata kerja yang dalam hubungannya dengan pelaku kedua
menggunakan perantara kata lain, misalnya cinta kepada ayah.
2.
Kata-kata yang dapat melakukan jabatan gatra pangkal dan gatra sebutan
·
Kata benda
-
kata benda yang menyatakan nama benda yang dapat dicapai dengan panca indera,
misalnya kata batu, daun.
-
Kata benda yang tidak nyata, misalnya perbuatan, keka-yaan, perbuatan,
dan sebagainya.
·
Kata ganti
-
kata penunjuk, yaitu kata itu dan ini.
-
Kata pemisah, yaitu kata yang dan tempat.
-
Kata ganti diri dan milik. Yaitu aku, kamu, dia.
-
Kata ganti tanya, misalnya apa, berapa, dimana.
-
Kata ganti sesuatu, misalnya seseorang, sesuatu.
·
Kata bilangan
-
bilangan pokok dibagi menjadi bilangan tunggal (satu, dua, dan
seterusnya sampai sembilan) dan majemuk (kesatuan bilangan tunggal:11,
12,dan seterusnya).
-
Bilangan bantu, misalnya batang, belah, biji, buah, ekor.
-
Bilangan tak tentu, misalnya banyak, sedikit, beberapa.
-
Bilangan himpunan, keduanya, ketiga orang itu.
3.
Kata-kata pembantu regu II
·
Kata yang menjelaskan tempat kedudukan kata
benda, yaitu ini, itu.
·
Kata yng menunjukkan kekianan.
·
Kata keadaan dan kata benda yang memberi
penjelasan kata benda tentang keadaannya, pemiliknya, dan sebagainya. Misalnya
orang kaya, bapak saya.
4.
Kata-kata pembantu pertalian
Ialah
kata yang menjelaskan pertalian kata yang satu, kalimat yang satu dengan yang
lain.
·
Kata yang menerangkan kata keadaan dan kata
kerja, misalnya sekali, terlalu.
·
Kata yang menghubungkan kata yang satu,
kalimat yang satu dengan yang lain, misalnya dari, ke, untuk.
·
Kata yang disisipkan dalam kalimat
seakan-akan berdiri sendiri, lepas dari ikatan kalimat. Misalnya nah,
hai, sayang, aduh.
2.
Penggunaan
kata dalam tata bahasa Indonesia.
Dalam tata bahas Indonesia, ada berbagai
macam jenis kata, yaitu:
A. Kata Dasar
Adalah Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai
satu kesatuan.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya: Ibu percaya bahwa engkau
tahu.
B. Kata Turunan
Catatan:
|
C. Kata Ulang
Bentuk ulang ditulis secara
lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
|
Misalnya:
anak-anak, buku-buku, kuda-kuda, mata-mata,
hati-hati, undang-undang, biri-biri, kupu-kupu, kura-kura, laba-laba,
sia-sia, gerak-gerik, huru-hara, lauk-pauk, mondar-mandir, ramah-tamah,
sayur-mayur, centang-perenang, porak-poranda, tunggang-langgang,
berjalan-jalan, dibesar-besarkan, menulis-nulis, terus-menerus,
tukar-menukar, hulubalang-hulubalang, bumiputra-bumiputra
|
D. Gabungan Kata
1.
|
Gabungan kata yang lazim disebut
kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
|
Misalnya:
duta besar, kambing hitam, kereta
api cepat luar biasa, mata pelajaran, meja tulis, model linear, orang tua,
persegi panjang, rumah sakit umum, simpang empat.
|
|
2.
|
Gabungan kata, termasuk istilah
khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan
tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
|
Misalnya:
alat pandang-dengar, anak-istri saya,
buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan, ibu-bapak kami, watt-jam, orang-tua muda
|
|
3.
|
Gabungan kata berikut ditulis serangkai.
|
Misalnya:
acapkali, adakalanya,
akhirulkalam, alhamdulillah, astagfirullah, bagaimana, barangkali, bilamana,
bismillah, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti,
darmasiswa, dukacita, halalbihalal, hulubalang, kacamata, kasatmata, kepada,
keratabasa, kilometer, manakala, manasuka, mangkubumi, matahari, olahraga,
padahal, paramasastra, peribahasa, puspawarna, radioaktif, sastramarga,
saputangan, saripati, sebagaimana, sediakala, segitiga, sekalipun,
silaturahmi, sukacita, sukarela, sukaria, syahbandar, titimangsa, wasalam
|
E. Kata Ganti ku, kau, mu,
dan nya
Kata
ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan
kata yang mengikutinya; ku, mu, dan nya ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa
yang kumiliki boleh kauambil.
Bukuku,
bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
F. Kata Depan di, ke,
dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah
lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dandaripada.
Misalnya:
Kain itu terletak di dalam lemari.
Bermalam sajalah di sini.
Di mana Siti
sekarang?
Mereka ada di rumah.
Ia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Ke mana saja ia
selama ini?
Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.
Mari kita berangkat ke pasar.
Saya pergi ke sana-sini mencarinya.
Ia datang dari Surabaya kemarin.
H. Partikel
1.
|
Partikel -lah, -kah,
dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
|
|
Misalnya:
Bacalah buku itu
baik-baik.
Jakarta adalah ibu
kota Republik Indonesia.
Apakah yang tersirat
dalam surat itu?
Siapakah gerangan dia?
Apatah gunanya
bersedih hati?
|
||
2.
|
Partikel pun ditulis terpisah dari kata
yang mendahuluinya.
|
|
Misalnya:
Apa pun yang
dimakannya, ia tetap kurus.
Hendak pulang pun sudah
tak ada kendaraan.
Jangan dua kali, satu kali pun engkau
belum pernah datang ke rumahku.
Jika ayah pergi, adik pun ingin
pergi.
|
BAB
III
FUNGSI
DAN CONTOH PENULISAN KATA
A. PREPOSISI (kata depan)
Preposisi (Bahasa
Latin: prae,
"sebelum" dan ponere,
"menempatkan, tempat") atau kata
depan adalah kata yang
merangkaikan kata-kata atau bagian kalimat dan
biasanya diikuti oleh nomina ataupronomina. Preposisi bisa berbentuk kata, misalnya di dan untuk,
atau gabungan kata, misalnya bersama atau sampai
dengan.
a.
Penggolongan
Cara penggolongan preposisi bervariasi
tergantung dari rujukan yang digunakan. Berikut salah satu cara penggolongan
yang dapat digunakan:
1.
Preposisi yang menandai
tempat. Misalnya di, ke, dari.
2.
Preposisi yang menandai
maksud dan tujuan. Misalnya untuk, guna.
3.
Preposisi yang menandai
waktu. Misalnya hingga, hampir.
4.
Preposisi yang menandai
sebab. Misalnya demi, atas.
1. fungsi dan penggunaan kata “Di, ke, dari,
daripada, pada. “
Kata
depan(preposisi) ialah kata
yang menunjukkan hubungan arah atau tempat antara bagian kalimat. Kata depan
termasuk dalam unsur pembentuk kalimat . Tanpa kata depan kadang – kadang suatu
rangkaian kata tidak dapat menjadi kalimat dan maknanya menjadi kabur .
Contoh :
· Surabaya
ayahnya bekerja sebuah perusahaan
Menjadi jelas jika
menggunakan kata depan :
· Di
Surabaya ayahnya bekerja di sebuah perusahaan
Macam-macam kata depan dan fungsinya :
Kata depan
|
Fungsi
|
di
ke
dari
dalam
|
Menghubungkan kalimat atau bagian
kalimat yang menyatakan tempat
|
pada
|
Menghubungkan bagian kalimat yang
menyatakan waktu atau tempat
|
akan
|
Sebagai pengantar obyek
|
dengan
|
-Menyatakan alat
-Menyatakan keadaan
-Menyatakan hubungan kesertaan
-Menyatakan keterangan perbandingan
|
atas
|
-Menghubungkan kata benda & kata
kerja
-Menggantikan kata dengan , demi ,
atas nama , atas perintah , atas kehendak , atas anjuran.
|
antara
|
-Penunjuk jarak
-Penunjuk tempat
-Penunjuk dugaan
|
bagi
untuk
guna
buat
|
Menandai hubungan peruntukan / tujuan
|
dari
|
Menandai hubungan arah , asal dari ,
suatu tempat atau milik
|
oleh
|
Menandai hubungan pelaku
|
tentang
|
Menandai hubungan peristiwa
|
sejak
|
Menandai hubungan waktu dari saat
yang satu ke saat yang lain
|
selama
sepanjang
|
Menandai hubungan kurun waktu
|
sampai dengan
|
Menandai hubungan batas waktu
|
selain itu
kecuali
|
Menandai hubungan perkecualian
|
barangkali
mungkin
|
Menandai hubungan kemungkinan
|
Penulisan preposisi ini
ditulis terpisah, contoh: di dalam, ke tengah, dari Surabaya.
Perkecualian untuk hal
ini adalah:
§ kepada
§ keluar
(sebagai lawan kata "masuk", untuk lawan kata "ke
dalam", penulisan harus dipisah, "ke luar")
§ kemari
§ daripada
v
Penggunaan kata depan “di”,
“dari” dan “daripada”
Kata depan 'dari' dan 'daripada' sering membingungkan, dan karena itu, tidak sedikit orang yang menggunakan kata-kata itu secara tidak tepat. Berikut ini kami berikan beberapa contoh penggunaan kata tersebut dan penjelasannya secara singkat.
Kata 'dari' digunakan untuk menyatakan asal suatu benda, sedangkan 'daripada' digunakan untuk menyatakan perbandingan. Perhatikan contoh-contoh berikut ini.
Kata depan 'dari' dan 'daripada' sering membingungkan, dan karena itu, tidak sedikit orang yang menggunakan kata-kata itu secara tidak tepat. Berikut ini kami berikan beberapa contoh penggunaan kata tersebut dan penjelasannya secara singkat.
Kata 'dari' digunakan untuk menyatakan asal suatu benda, sedangkan 'daripada' digunakan untuk menyatakan perbandingan. Perhatikan contoh-contoh berikut ini.
·Mari
kita cerna dengan baik semua usulan dari para peserta. (benar)
·Mari
kita cerna dengan baik semua usulan daripada para peserta. (salah)
·Rumah
itu lebih besar daripada yang aku bayangkan. (benar)
·Rumah
itu lebih besar dari yang aku bayangkan. (salah)
·Banyak
mendengar lebih baik daripada banyak bicara. (benar)
·Banyak
mendengar lebih baik dari banyak bicara. (salah)
v Penggunaan kata deapan
“pada” dan “kepada”
Pada Hari Kasih Sayang (Hari Valentine) atau hari ulang tahun (ultah), mungkin Anda menerima sekotak coklat Godiva, Morozoff atau hadiah lain dari istri, suami, pacar atau teman tapi mesra (TTM) dengan tulisan apik: AKU CINTA PADAMU…
Ungkapan rasa kasih sayang dan cinta sangat bervariasi baik dalam bahasa Indonesia maupun dalam bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya.
Namun, pada ruang ini saya tidak bermaksud mempermasalahkan soal ungkapan cinta, tetapi segi tata bahasa baku dari kalimat tersebut di atas tentang pemakaian kata depan (preposisi) “pada” dan “kepada”. Benarkah pemakaian: “Aku cinta padamu” atau “Aku cinta kepadamu” menurut kaidah bahasa Indonesia yang baku?
Marilah kita simak pemakaian kata depan (preposisi) “pada” dan “kepada”.
1. Kata depan (preposisi) Pada
kata depan “di” digunakan untuk menyatakan “tempat yang sebenarnya”, (di Tokyo, di kamar dll.) maka kata depan “pada” diletakkan di muka kata benda (nomina) atau frase benda yang “bukan nama tempat sebenarnya” (pada perusahaan, pada departemen dll.) sebagai varian dari kata depan “di”.
Contoh:
a. Dia bekerja sebagai supir pada sebuah perusahaan dagang di Tokyo..
b. Perasaan sedih dan sepi masih terbayang pada wajahnya.
c. Aku ingin tahu,masih adakah perasaan cinta pada dirimu?
(Kata depan “pada” digunakan untuk menyatakan “tempat keberadaan.”. Letaknya di muka kata ganti orang (pronomina), nama perkerabatan, nama pangkat dan gelar.
Contoh:
a. Kunci kamarmu ada pada ibu.
b. Pada saya ada beberapa foto kenangan bersama kamu.
c. Oleh-oleh untuk kamu saya titipkan pada Maria.
Catatan:
Kata depan “pada” sebaiknya tidak digunakan di depan obyek dalam kalimat yang predikatnya mengandung makna “tertuju terhadap sesuatu”. Dalam hal ini kata depan “pada” sebaiknya diganti dengan kata depan “kepada”.
Contoh:
a. Dia minta tolong pada ayahnya. (x)
Dia minta tolong kepada ayahnya.(○)
b. Kecaman itu ditujukan pada pemerintah.(x)
Kecaman itu ditujukan kepada pemerintah.(○)
c. Hadiah ini kuberikan sebagai tanda cinta pada kamu.(x)
Hadiah ini kuberikan sebagai tanda cinta kepada kamu. (○)
Kata depan (preposisi) Kepada
Kata depan “kepada” digunakan untuk menyatakan “tempat yang dituju”. Letaknya di depan obyek dalam kalimat yang predikatnya mengandung makna “tertuju terhadap sesuatu”. Kalau kata depan “ke” menyatakan “arah posisi tempat yang sebenarnya”, maka kata depan “kepada” menyatakan “arah posisi tempat yang tidak sebenarnya”.
Contoh:
a. Kami ke pos polisi untuk melaporkan hal itu kepada polisi.
b. Mereka akan minta bantuan kepada Lembaga Bantuan Hukum (LBH).
c. Setiap tamu yang datang ke desa itu harus melapor kepada kepala desa.
Sebagai varian kata depan “akan” dapat digunakan kata depan “kepada” untuk menyatakan “arah yang dituju”.
Contoh:
a. Pada malam hari anak itu takut sekali kepada hantu.
b. Dia selalu ingat kepada pacarnya yang tinggal di Bandung.
c. Karyawan itu ditegur karena lupa kepada kewajibannya
Pada Hari Kasih Sayang (Hari Valentine) atau hari ulang tahun (ultah), mungkin Anda menerima sekotak coklat Godiva, Morozoff atau hadiah lain dari istri, suami, pacar atau teman tapi mesra (TTM) dengan tulisan apik: AKU CINTA PADAMU…
Ungkapan rasa kasih sayang dan cinta sangat bervariasi baik dalam bahasa Indonesia maupun dalam bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya.
Namun, pada ruang ini saya tidak bermaksud mempermasalahkan soal ungkapan cinta, tetapi segi tata bahasa baku dari kalimat tersebut di atas tentang pemakaian kata depan (preposisi) “pada” dan “kepada”. Benarkah pemakaian: “Aku cinta padamu” atau “Aku cinta kepadamu” menurut kaidah bahasa Indonesia yang baku?
Marilah kita simak pemakaian kata depan (preposisi) “pada” dan “kepada”.
1. Kata depan (preposisi) Pada
kata depan “di” digunakan untuk menyatakan “tempat yang sebenarnya”, (di Tokyo, di kamar dll.) maka kata depan “pada” diletakkan di muka kata benda (nomina) atau frase benda yang “bukan nama tempat sebenarnya” (pada perusahaan, pada departemen dll.) sebagai varian dari kata depan “di”.
Contoh:
a. Dia bekerja sebagai supir pada sebuah perusahaan dagang di Tokyo..
b. Perasaan sedih dan sepi masih terbayang pada wajahnya.
c. Aku ingin tahu,masih adakah perasaan cinta pada dirimu?
(Kata depan “pada” digunakan untuk menyatakan “tempat keberadaan.”. Letaknya di muka kata ganti orang (pronomina), nama perkerabatan, nama pangkat dan gelar.
Contoh:
a. Kunci kamarmu ada pada ibu.
b. Pada saya ada beberapa foto kenangan bersama kamu.
c. Oleh-oleh untuk kamu saya titipkan pada Maria.
Catatan:
Kata depan “pada” sebaiknya tidak digunakan di depan obyek dalam kalimat yang predikatnya mengandung makna “tertuju terhadap sesuatu”. Dalam hal ini kata depan “pada” sebaiknya diganti dengan kata depan “kepada”.
Contoh:
a. Dia minta tolong pada ayahnya. (x)
Dia minta tolong kepada ayahnya.(○)
b. Kecaman itu ditujukan pada pemerintah.(x)
Kecaman itu ditujukan kepada pemerintah.(○)
c. Hadiah ini kuberikan sebagai tanda cinta pada kamu.(x)
Hadiah ini kuberikan sebagai tanda cinta kepada kamu. (○)
Kata depan (preposisi) Kepada
Kata depan “kepada” digunakan untuk menyatakan “tempat yang dituju”. Letaknya di depan obyek dalam kalimat yang predikatnya mengandung makna “tertuju terhadap sesuatu”. Kalau kata depan “ke” menyatakan “arah posisi tempat yang sebenarnya”, maka kata depan “kepada” menyatakan “arah posisi tempat yang tidak sebenarnya”.
Contoh:
a. Kami ke pos polisi untuk melaporkan hal itu kepada polisi.
b. Mereka akan minta bantuan kepada Lembaga Bantuan Hukum (LBH).
c. Setiap tamu yang datang ke desa itu harus melapor kepada kepala desa.
Sebagai varian kata depan “akan” dapat digunakan kata depan “kepada” untuk menyatakan “arah yang dituju”.
Contoh:
a. Pada malam hari anak itu takut sekali kepada hantu.
b. Dia selalu ingat kepada pacarnya yang tinggal di Bandung.
c. Karyawan itu ditegur karena lupa kepada kewajibannya
v Kata
depan ‘di’
kata depan “di” digunakan untuk menyatakan “tempat yang sebenarnya”, (di Tokyo, di kamar dll.)
kata depan “di” digunakan untuk menyatakan “tempat yang sebenarnya”, (di Tokyo, di kamar dll.)
Misal :
reza bekerja di Jakarta
amin tinggal di jerman
kata “di’ juga dapat dipakai untuk kependekan, misalanya kata adi pada adiraja~diraja
kata ‘di’ juga dapat dipakai sebagai kata depan partikel yang menunjukan waktu dan keterangan
missal;
di hari itu dia tak datang
jauh di mata, dekat di hati
kata “di’ juga dapat dipakai untuk kependekan, misalanya kata adi pada adiraja~diraja
kata ‘di’ juga dapat dipakai sebagai kata depan partikel yang menunjukan waktu dan keterangan
missal;
di hari itu dia tak datang
jauh di mata, dekat di hati
2.
Fungsi dan penggunaan kata “ialah, yaitu, adalah, yakni, merupakan”
A. ialah
merupakan kata penghubung di antara dua penggal kalimat yang menegaskan perincian atau penjelasan atas penggalan kalimat yg pertama itu:
misal:
yangg perlu dikerjakan sekarang ialah membawa korban ke rumah sakit
B. yaitu
adalah sebuah kata penghubung yang merupakan gabungan kata penegasan dan partikel ’ya~itu’ dan digunakan untuk memerinci keterangan kalimat; yakni:
misal:
yang pergi tahun ini dua orang, yaitu dia dan saya
A. ialah
merupakan kata penghubung di antara dua penggal kalimat yang menegaskan perincian atau penjelasan atas penggalan kalimat yg pertama itu:
misal:
yangg perlu dikerjakan sekarang ialah membawa korban ke rumah sakit
B. yaitu
adalah sebuah kata penghubung yang merupakan gabungan kata penegasan dan partikel ’ya~itu’ dan digunakan untuk memerinci keterangan kalimat; yakni:
misal:
yang pergi tahun ini dua orang, yaitu dia dan saya
C.
adalah
kata ‘ adalah” memiliki banyak fungsi, kata ini digunakan untuk mendeskripksikan dari kata atau penggalan kalimat pertama
1. identik dengan:
Pancasila -- falsafah bangsa Indonesia;
2. sama maknanya dengan:
Desember -- bulan kedua belas;
gaji saya selama dua bulan adalah lima juta rupiah
kata ‘ adalah” memiliki banyak fungsi, kata ini digunakan untuk mendeskripksikan dari kata atau penggalan kalimat pertama
1. identik dengan:
Pancasila -- falsafah bangsa Indonesia;
2. sama maknanya dengan:
Desember -- bulan kedua belas;
gaji saya selama dua bulan adalah lima juta rupiah
3. termasuk dl kelompok atau golongan:
saya -- pengagum Ki Hajar Dewantara
saya -- pengagum Ki Hajar Dewantara
D.
merupakan
“merupaka”’ adalah kata yang digunakan untuk mendeskripsikan. Kata ini adalh gabungan kata an imbuhan dari me~rupa~kan. kata ini mirip penggunaannya dengan kata ‘adalah’
fungsi dari kata “merupakan”:
1. memberi rupa; membentuk (menjadikan) supaya berupa:
formasi barisan itu ~ lambang PON;
2. adalah:
kata ~ bagian terkecil dr bahasa;
“merupaka”’ adalah kata yang digunakan untuk mendeskripsikan. Kata ini adalh gabungan kata an imbuhan dari me~rupa~kan. kata ini mirip penggunaannya dengan kata ‘adalah’
fungsi dari kata “merupakan”:
1. memberi rupa; membentuk (menjadikan) supaya berupa:
formasi barisan itu ~ lambang PON;
2. adalah:
kata ~ bagian terkecil dr bahasa;
3. menjadi:
minyak bumi ~ hasil ekspor yg terpenting bagi negara kita;
minyak bumi ~ hasil ekspor yg terpenting bagi negara kita;
E.
Yakni
Adalah
kata partikel yang memiliki sifat menunjukkan.
Sama arti dan penggunaanya dengan
‘yaitu’
misal :
ada sesuatu yang saya takuti, yaitu hantu
ada sesuatu yang saya takuti, yakni
hantu
B.
KATA PENGHUBUNG
Kita sering menemukan kata dan, atau, sebab, karena, tetapi, meskipun, serta walaupun. Kata-kata ini dikenal sebagai kata penghubung.
Kita sering menemukan kata dan, atau, sebab, karena, tetapi, meskipun, serta walaupun. Kata-kata ini dikenal sebagai kata penghubung.
Kata penghubung atau kata
sambung bertugas menghubungkan dua kata atau kalimat (klausa). Dalam bahasa Indonesia,
kata penghubung dibagi dalam lima kelompok.
v
Kata Penghubung
Koordinatif
Kata
penghubung yang menghubungkan dua unsur atau lebih, yang sifat atau
kedudukannya sama. Kata penghubung koordinatif, antara lain dan, atau,serta tetapi. Kata dan digunakan untuk
menandai hubungan penambahan. Kata atau digunakan untuk
menandai hubungan pemilihan. Kata tetapi digunakan untuk
menandai hubungan perlawanan.
Perhatikan contoh berikut!
v
Karena terlalu asik bermain dan bercanda, mereka lupa
mengerjakan tugas.
v
Bahan masakan ini dapat diganti dengan ikan atau daging
sapi.
v
Mereka berlarian menuruni tangga, tetapi hanya dia yanng
diam membatu.
v
Kata Penghubung
Subordinatif
Kata
penghubung yang menghubungkan dua kalimat atau lebih, yang kedudukannya
tidak sama. Dalam kalimat tersebut terdapat anak kalimat dan induk kalimat.
Berikut ini kalimat yang termasuk kalimat penghubung subordinatif.
Berikut ini kalimat yang termasuk kalimat penghubung subordinatif.
a. Kata penghubung yang menunjukkan waktu: setelah,
sebelum, ketika, sementara,
sehingga,
sampai.
b. Kata penghubung yang menunjukkan syarat: jika,
asalkan, manakala.
c. Kata penghubung yang menunjukkan pengandaian: seandainya,
umpama.
d. Kata penghubung yang menunjukkan perlawanan: meskipun,
kendatipun, biarpun.
e. Kata penghubung yang menunjukkan tujuan: agar,
supaya, biar.
f. Kata penghubung yang menunjukkan kemiripan: seolah-olah,
seperti, seakan-akan,
sebagaimana.
g. Kata penghubung yang menunjukkan akibat: sebab,
karena.
h. Kata penghubung yang menunjukkan penjelasan: bahwa.
i. Kata penghubung yang menunjukkan cara: dengan.
v
Kata Penghubung Korelatif
Kata penghubung yang menghubungkan
dua kata, frase, atau klausa, yang mengandung kedudukan sama.
Contoh:
Baik pelatih maupun mahasiswa berlatih dengan tekun.
Baik pelatih maupun mahasiswa berlatih dengan tekun.
Apakah ditranfusi atau tidak, itu
urusan dokter.
Entah berhasil, entah tidak, yang
jelas ia tetap menolong korban itu.
Jangankan orang lain, ibunya pun tidak
bisa menghalangi niat anaknya untuk masuk grup band tersebut.
v
Kata Penghubung
Antarkalimat
Kata penghubung yang menghubungkan
satu kalimat dengan kalimat yang lain. Kata-kata yang termasuk konjungsi
antarkalimat ialah walaupun, sekalipun demikian, sesudah itu,
selanjutnya, selamanya, kemudian, sebaliknya, bahkan, akan tetapi, meskipun,dengan
demikian, serta oleh karena itu.
v
Kata Penghubung
Antarparagraf
Kata penghubung yang menghubungkan
paragraf sebelumnya dengan paragraf berikutnya. Kata penghubung ini ditandai
oleh kata
(a) adapun, mengenai serta
(b) alkisah, konon.
(a) adapun, mengenai serta
(b) alkisah, konon.
Kelompok kata penghubung (a) sering digunakan di dalam
bahasa Indonesia. Kelompok kata (b) umumnya terdapat pada naskah karya sastra
lama.
*. Fungsi dan penggunaan kata “tetapi, meskipun, walaupun”
1. Tetapi.
Merupakan
kata penghubung antar kalimat. Kata ini sama saja degan kata ‘tapi’, karena kata ‘tetapi’ sendiri adalh pengulanagn
setengah kata dari kata ‘tapi’
kata tetapi pasti selalu ada di belakang tanda baca koma (,).
kata tetapi pasti selalu ada di belakang tanda baca koma (,).
v Fungsi:
sebagai kata penghubung pertentangan atau konjugasi koordinatif (dua kalimat yang sederajat degan mempertentangkan kedua bagian tersebut).
contoh:
padahal aku sudah belajar dengan keras, tetapi tetap saja tidak berhasil
sebagai kata penghubung syarat/ kondisi.
contoh;
aku akan pergi, tetapi dia harus ikut
sebagai kata penghubung pertentangan atau konjugasi koordinatif (dua kalimat yang sederajat degan mempertentangkan kedua bagian tersebut).
contoh:
padahal aku sudah belajar dengan keras, tetapi tetap saja tidak berhasil
sebagai kata penghubung syarat/ kondisi.
contoh;
aku akan pergi, tetapi dia harus ikut
1.
Meskipun dan walaupun
Keduanya
memilik arti dan fungsi yang sama, keduanya dalah kata penghubung antar kalimat
(antar kalusa). yang menghubungkan dua kalimat menjadi satu arti.
Fungsi:
sebagai kata penghubung tak bersyarat, yaitu menjelasakan satu hal pada bagian kalimat tertentu dapat terjadi tanpa perlu ada syarat-syarat yang dipenuhi.
contoh:
dia akan tetap pergi meskipun ibunya melarang
Fungsi:
sebagai kata penghubung tak bersyarat, yaitu menjelasakan satu hal pada bagian kalimat tertentu dapat terjadi tanpa perlu ada syarat-syarat yang dipenuhi.
contoh:
dia akan tetap pergi meskipun ibunya melarang
Dia
akan tetap pergi walaupun ibunya melarang
Meskipun
dilarang oleh ibunya, dia akan tetap pergi
Walaupun
dilarang ibunya, dia akan tetap pergi
C. kata ANTAR dan ANTARA
Kata antar dan antara adalah kata
sisipan yang menunjukkan pilihan atau hubungan. Sering pula di jumpai kata
‘antar’ dan ‘antara’ diikuti oleh kata lain yang dijelaskan oleh kata tersebut,
misal : bus antar kota, antar jemput, antar desa
1. Antar.
1. Antar.
Kata ini digunakan untuk menunjukkan
hubungan ‘dari’ dan ‘ke’.
(ex; antar desa, antar kota)
misal:
(ex; antar desa, antar kota)
misal:
saya
naik bus antar kota ke rumah kakek
saya
(berarti dia naik bus dari kota ke kota ke
rumah kakeknya)
2. Antara
v Kata
ini menghubungkan dua hal pada suatu kalimat yang di bandingkan.
misal;
antara apel dan anggur, saya lebih memilih apel
misal;
antara apel dan anggur, saya lebih memilih apel
v kata
ini juga digunakan untuk menunjukkan bagian dari kalimat yang di jelaskan, Agar
lebih tepat, disisipkan kata depan di.
Atau diikuti kata ‘lain’ dan ‘nya’
misal:
ada hal-hal penting yang diperlukan manusia, antara lain baju, air, rumah
misal:
ada hal-hal penting yang diperlukan manusia, antara lain baju, air, rumah
ada hal-hal penting yang
diperlukan manusia, diantaranya
baju, air,rumah
(menunjukkan bagian dari ‘hal-hal penting yang di
perlukan manusia’)
v Kata
ini juga digunakan untuk membandingkan dan member pilihan.
Misal:
Diantara kami berdua, menurutmu mana yang lebih baik
D. kata depan ‘KE’ dan imbuhan ‘KE’
Pemakaian
Kata “Ke”
Sering
terjadi kesalahan pada pemakaian kata “ke” sebagai kata depan dan kata imbuhan.
Sepertinya banyak yang tidak mengetahui perbedaan pemakaian tersebut. kalau
begitu, mari kita simak perbedaan peletakan kata “ke” sebagai kata depan dan
kata imbuhan.
sebelumnya perlu dijelaskan sedikit apa yang
dimaksud dengan kata depan dan kata imbuhan.
Kata
depan adalah kata yang digunakan untuk menyatakan keterangan
tempat, sedangkan kata imbuhan ialah kata yang digunakan sebagai imbuhan.
Mari
kita simak penggunaannya:
~Kata Depan
Penulisan kata depan biasanya harus dipisah dengan kata keterangan yang akan mengikutinya.
Penulisan kata depan biasanya harus dipisah dengan kata keterangan yang akan mengikutinya.
Contoh:
Saya
sedang berada di depan komputer.
Mereka
membaca di perpustakaan.
Kami
akan pergi ke Danau Toba.
Namun,
ada pengecualian untuk beberapa hal. Misalnya “ke” pada kata “keluar”.
Seharusnya “ke” pada kata “keluar” dipisahkan dari kata “luar”. Namun, karena
hal ini dianggap sudah menjadi satu kata yang memang senyawa sehingga
diterimalah secara umum.
~Kata Imbuhan
kata imbuhan diletakkan melekat pada kata yang akan mengikutinya.
Contoh:
Kue
itu telah dimakan si
Ucok tadi malam.
Kapal
itu masih tampak dari kejauhan.
Semoga
hal ini bermanfaat bagi kita semua.
1.
“ KE
” sebagai imbuhan
‘ke’
sebagai imbuhan di letakkan melekat pada kata yang mengikutinya.
sebagai
imbuhan, ‘ke’ memilik fungsi:
v
prefiks pembentuk no
yang mempunyai sifat atau
ciri: (ex;ketua;)
yang dituju dengan: (ex: kekasih;
kehendak)
v
prefiks pembentuk nu
tingkat atau urutan: ketiga; kelima;
kesebelas;
v
prefiks pembentuk ve
telah mengalami atau
menderita keadaan atau kejadian (dengan tidak sengaja atau dengan
tiba-tiba): ketabrak; kepergok; ketemu;
dapat atau sanggup: kebaca; keangkat
2.
“KE’
sebagai kata depan
‘ke’ sebagai kata depan di
letakan terpisah degan kata yang mengikutinya. Dan biasanya menunjukkan tempat
atau arah.
Misal;
ke pasar,
V.
PEMAKAIAN TANDA BACA
A.
Tanda Titik (.)
1. Tanda titik
dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Ayahku tinggal di Solo.
Biarlah mereka duduk di
sana.
Dia menanyakan siapa yang
akan datang.
Hari ini tanggal 6 April
1973.
Marilah kita mengheningkan
cipta.
Sudilah kiranya Saudara
mengabulkan permohonan ini.
2. Tanda titik
dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar,
atau
daftar.
Misalnya:
a. III. Departemen Dalam
Negeri
A. Direktorat Jenderal
Pembangunan Masyarakat Desa
B. Direktorat Jenderal
Agraria
1. …
b. 1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
3.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu.
Misalnya:
Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat
35 menit 20 detik)
4. Tanda titik
dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan jangka waktu.
Misalnya:
1.35.20 jam (1 jam, 35
menit, 20 detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30
detik)
0.0.30 jam (30 detik)
5.
Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan
yang tidak berakhir dengan tanda tanya
atau tanda seru, dan tempat terbit.
Misalnya:
Siregar, Merari. 1920. Azab
dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.
6a.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya:
Desa itu berpenduduk 24.200
orang.
Gempa yang terjadi semalam
menewaskan 1.231 jiwa.
6b.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Ia lahir pada tahun 1956 di
Bandung.
Lihat halaman 2345
seterusnya.
Nomor gironya 5645678.
7.
Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala
karangan
atau kepala ilustrasi, tabel, dan
sebagainya.
Misalnya:
Acara kunjungan Adam Malik
Bentuk dan Kedaulatan (Bab 1
UUD ’45)
Salah Asuhan
8.
Tanda titik tidak dipakai di belakang
(1) alamat pengirim dan tanggal suat atau
(2) nama dan alamat surat.
Misalnya:
Jalan Diponegoro 82 (tanpa
titik)
Jakarta (tanpa titik)
1 April 1985 (tanpa titik)
Yth. Sdr. Moh. Hasan (tanpa
titik)
Jalan Arif 43 (tanpa titik)
Palembang (tanpa titik)
Atau:
Kantor Penempatan Tenaga
(tanpa titik)
Jalan Cikini 71 (tanpa
titik)
Jakarta (tanpa titik)
B.
Tanda Koma (,)
1.
Tanda koma dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan.
Misalnya:
Saya membeli kertas, pena,
dan tinta.
Surat biasa, surat kilat,
maupun surat khusus memerlukan prangko.
Satu, dua, … tiga!
2.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat
setara berikutnya yang didahului oleh
kata seperti tetapi, atau melainkan.
Misalnya:
Saya ingin datang, tetapi
hari hujan.
Didi bukan anak saya, melainkan
anak Pak Kasim.
3a.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika
anak kalimat itu mendahului induk
kalimatnya.
Misalnya:
Kalau hari hujan, saya tida
datang.
Karena sibuk, ia lupa akan
janjinya.
3b.
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat
jika anak kalimat itu mengiringi induk
kalimatnya.
Misalnya:
Saya tidak akan datang kalau
hari hujan.
Dia lupa akan janjinya
karena sibuk.
Dia tahu bahwa soal itu
penting.
3. Tanda koma dipakai di belakang kata atau
ungkapan penghubung antarkalimat
yang terdapat pada awal kalimat.
Termasuk di dalamnya oleh
karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Misalnya:
…. Oleh karena itu, kita
harus berhati-hati.
…. Jadi, soalnya
tidak semudah itu.
4. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata
seperti o, ya, wah, aduh, kasihan
dari katalain yang terdapat di dalam
kalimat.
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan
main!
Hati-hati, ya, nanti
jatuh.
5.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
dalam kalimat.
Misalnya:
Kata ibu “Saya gembira
sekali.”
“Saya gembira sekali,” kata
ibu, “karena kamu lulus.”
6.
Tanda koma dipakai di antara
(i)
nama dan alamat,
(ii) bagian-bagian alamat,
(iii) tempatdan tanggal, dan
(iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang
ditulis berurutan.
Misalnya:
Surat-surat ini harap
dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas
Indonesia, Jalan raya
Salemba 6, Jakarta.
Sdr. Abdullah, Jalan Pisang
Batu 1, Bogor.
Kuala Lumpur, Malaysia.
7.
Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya
dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949.
Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan
2. Djakarta: Pustaka Rakjat.
8.
Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Misalnya:
W.J.S.
Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Jogjakarta: UP
Indonesia, 1967), hlm. 4.
9.
Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari
singkatan nama diri, keluarga, atau
marga.
Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
10.
Tanda koma dipakai di muka angka persepuluh atau di antara rupiah dan sen
yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,5 m
Rp12,50
11.
Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi.
Misalnya:
Guru saya, Pak Ahmad, pandai
sekali.
Di daerah kami, misalnya,
masih banyak orang aki-laki yang makan sirih.
Semua
siswa, baik yang laki-laki maupun perempuan, mengikuti latihan paduan suara.
Bandingkan
dengan keterangan pembatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma:
Semua siswa yang lulus ujian
mendaftarkan namanya pada panitia.
12.Tanda
koma dapat dipakai―untuk menghindari salah baca―di belakang
keterangan yang terdapat pada awal
kalimat.
Misalnya:
Dalam upaya pembinaan dan
pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang sungguh-sungguh.
Atas bantuan Agus, Karyadi
mengucapkan terima kasih.
Bandingkan
dengan:
Kita memerlukan sikap yang
bersungguh-sungguh dalam upaya pembinaan dan pengembanagan bahasa.
Karyadi mengucapkan terima
kasih atas bantuan Agus.
13.
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
lain yang mengiringinya dalam kalimat
jika petikan langung itu berakhir
dengan tanda tanya atau seru.
Misalnya:
“Di mana Saudara tinggal?”
tanya Karim.
“Berdiri lurus-lurus!” perintahnya.
C.
Tanda Titik Koma (;)
1.
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang
sejenis dan setara.
Misalnya:
Malam akan larut; pekerjaan
belum selesai juga
2.
Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat yang setara dalam
kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah mengurus tanamannya di
kebun itu; ibu sibuk bekerja di dapur; Adik
menghafal nama-nama pahlawan
nasional; saya sendiri asyik mendengarkan
siaran
“Pilihan Pendengar”.
D.
Tanda Pisah (―)
1.
Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan
di luar bangun kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan
bangsa itu―saya yakin akan tercapai―diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
2.
Tanda pisah menegaskan adanya keterangan oposisi atau keterangan yang lain
sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:
Rangkaian temuan
ini―evolusi, teori kenisbian, dan kini juga
pembelahan atom―telah
mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
3. Tanda
pisah dipakai di antara dua dilangan atau tanggal dengan arti ‘sampai
dengan’ atau‘sampai ke’.
Misalnya:
1910―1945
Tanggal 5―10 April 1970
Jakarta―Bandung
Catatan:
Dalam
pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa
spasi
sebelum dan sesudahnya.
E.
Tanda Dua Titik (:)
1a.
Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti
rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
Kita sekarang memerlukan
perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
Hanya ada dua pilihan bagi
para pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.
1b.
Tanda titk dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan
pelengkap yang mengkahiri pernyataan.
Misalnya:
Kita memerlukan kursi, meja,
dan lemari.
Fakultas itu mempunyai
Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi Perusahaan.
3.
Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian.
Misalnya:
a. Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris :
S. Handayani
Bendahara
: B. Hartawan
b. Tempat Sidang : Ruang 104
Pengantar
Acara : Bambang S.
Hari
: Senin
Waktu :
09.30
4.
Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu : (meletakkan beberapa
kopor) “Bawa kopor ini, Mir!”
Amir : “Baik, Bu.”
(mengangkat kopor dan masuk)
Ibu : “Jangan lupa. Letakkan
baik-baik!” (duduk di kursi besar)
5.
Tanda titik dua dipakai
(i) di antara jilid atau nomor dan halaman,
(ii)
di antara bab dan ayat dalam kitab suci,
(iii)
di antara judul dan anak judul suatu karangan , serta
(iv)
diantara nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
Tempo, I (34), 1971: 7
Surah Yasin: 9
Karangan Ali Hakim, Pedidikan
Seumur Hidup: sebuah Studi, sudah terbit.
Tjokronegoro, Sutomo, Tjukuplah
Saudara Membina Bahasa Persatuan Kita?
Djakarta: Eresco, 1968.
F.
Tanda Hubung (-)
1.
Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh
pergantian baris.
Misalnya:
Di samping cara-cara lama
itu juga cara yang baru
2.
Tanda hubung meyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
Anak-anak, berulang-ulang,
kemerah-merahan
Angka 2 sebagai tanda ulang
hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks
karangan.
4.
Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian
tanggal.
Misalnya:
p-a-n-i-t-i-a
8-4-1973
5.
Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas
(i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan,
dan
(ii)
penghilangan baian kelompok kata.
Misalnya:
ber-evolusi, dua puluh
lima-ribuan (20 x 5.000), tanggung jawab-dan
kesetiakawanan-sosial
Bandingkan dengan:
Be-revolusi,
dua-puluh-lima-ribuan (1 x 25.000), tanggung jawab dan kesetiakawanan social
6.
Tanda hubung dipakai untuk merangkai
(i)
se- dengan kata berikutnya yang dimulai
dengan
huruf kapital,
(ii)
ke- dengan angka,
(iii)
angka dengan -an,
(iv)
singkatan
berhuruf
kapital dengan imbuhan atau kata, dan
(v)
nama jabatan rangkap.
Misalnya:
se-Indonesia, se-Jawa Barat,
hadiah ke-2, tahun 50-an, mem-PHK-kan, hari-H,
sinar-X; Menteri Sekretaris
Negara.
7.
Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsure bahasa Indonesia dengan unsure
bahasa
asing.
Misalnya:
di-smash, pen-tackle-an
G.
Tanda Elipsis (…)
1.
Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya:
Kalau begitu … ya, marilah
kita bergerak.
2.
Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam satu kalimat atau naskah ada bagian yang
dihilangkan.
Misalnya:
Sebab-sebab kemerosotan … akan
diteliti lebih lanjut.
Catatan:
Jika
bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat
buah
titik; tiga buah titik untuk menandai penghilangan teks dan atu untuk
menandai
akhir kalimat.
Misalnya:
Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan
dengan hati-hati….
Penulisan tanda baca
- Tanda
titik
1.
Dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan
2.
Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar,
atau daftar (tidak dipakai jika merupakan yang terakhir dalam suatu deretan)
3.
Dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu atau jangka waktu
4.
Dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir
dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka
5.
Dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya (tidak
dipakai jika tidak menunjukkan jumlah)
6.
Tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau
kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya
7.
Tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat
atau (2) nama dan alamat penerima surat
2.
Tanda koma
1.
Dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan
2.
Dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat
setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan
3.
Dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak
kalimat itu mendahului induk kalimatnya (tidak dipakai jika anak kalimat itu
mengiringi induk kalimatnya)
4.
Dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat
yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi,
lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi
5.
Dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan
dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat
6.
Dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat (tidak dipakai jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya
atau tanda seru)
7.
Dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat,
(iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang
ditulis berurutan
8.
Dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya
dalam daftar pustaka
9.
Dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki
10.
Dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya
untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga
11.
Dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen
yang dinyatakan dengan angka
12.
Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi
13.
Dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal
kalimat untuk menghindari salah baca
3.
Tanda titik koma
1.
Dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis
dan setara
2.
Dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan
kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk
4.
Tanda titik dua
1.
Dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti
rangkaian atau pemerian (tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan
pelengkap yang mengakhiri pernyataan)
2.
Dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian
3.
Dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku dalam percakapan
4.
Dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara
bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu
karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan
5.
Tanda hubung
1.
Dipakai untuk menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh
penggantian baris (Suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada
ujung baris atau pangkal baris)
2.
Dipakai untuk menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya
atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris (Akhiran -i
tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris)
3.
Dipakai untuk menyambung unsur-unsur kata ulang
4.
Dipakai untuk menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan
bagian-bagian tanggal
5.
Dapat dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata
atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata
6.
Dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang
dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan -an,
(iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan
rangkap
7.
Dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa asing
6.
Tanda pisah
1.
Dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
penjelasan di luar bangun kalimat
2.
Dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan
yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas
3.
Dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti 'sampai
ke' atau 'sampai dengan'
4.
Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda
hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya
7.
Tanda elipsis
1.
Dipakai dalam kalimat yang terputus-putus
2.
Dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah
ada bagian yang dihilangkan
3.
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu
dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu
untuk menandai akhir kalimat
8.
Tanda tanya
1.
Dipakai pada akhir kalimat tanya
2.
Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya
9.
Tanda seru
1.
Dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi
yang kuat
10.
Tanda kurung
1.
mengapit keterangan atau penjelasan
2.
mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral
pokok pembicaraan
3.
mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat
dihilangkan
4.
mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan
11.
Tanda kurung siku
1.
mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu
menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah
asli
2.
mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda
kurung
12.
Tanda petik
1.
mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah
atau bahan tertulis lain
2.
mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam
kalimat
3.
mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus
4.
Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan
langsung.
5.
Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di
belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti
khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat
6.
Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda
petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris
13.
Tanda petik tunggal
1.
mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain
2.
mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan
asing
14.
Tanda garis miring
1.
dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan
masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim
2.
dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap
15.
Tanda penyingkat
1.
menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun
BAB
IV
PENUTUP
PENUTUP
Penggunaan
tata bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai ejaan yang disempurnakan (EYD)
sangat penting dalam kehidupan kita sebagai bangsa Indonesia. Dimana bahasa
Indonesia itu sendiri adalah bahasa yang mempersatukan bangsa ini, sehingga
penting keberadaannya untuk digunakan secara baik dan benar.
Sebagai
mahasiswa yang merupakan bagian dari bangsa ini, adalah penting untuk
mempertahankan hal ini, karena bahas Indonesia penting keberadaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 46 Tahun
2009 (2009)
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
Surat
Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri P&K Nomor 158/1987, Nomor
0543b/U/1987 tentang Pedoman Transliterasi Arab Latin.
itu di atas antarkota ditulis sambung, tapi kok di contoh C di tulis pisah? Yang benar yang mana?
ReplyDeletewkwk
ReplyDeletedisambung harusnya
ReplyDeleteSaya Rambo Hitam dari Grammy, saya bekerja di Kem Grammy, isteri saya meninggal dunia 6 tahun yang lalu dan sejak saya menjaga anak tunggal saya bernama Clinton, seorang kawan nasihat saya untuk mencari isteri, pada pencarian saya bertemu Jennifer dia dan wanita Inggeris, Saya suka begitu banyak bahawa saya boleh memberikan segala-galanya dia berusia 37 tahun, selepas beberapa waktu bertarikh saya begitu banyak cinta dengannya, kami mempunyai beberapa salah faham, dan dia pecah dengan saya dan saya merayu kepadanya untuk kembali anak saya dipanggil dia berkata Tidak, bahawa dia telah menemui orang lain, dan kita suka antara satu sama lain selepas beberapa hari saya membaca artikel tentang bagaimana Dr Lomi boleh membantu membawa kembali , Saya memutuskan untuk mencuba, saya menghubungi Dr Lomi untuk membantu beliau memberitahu saya apa yang perlu dilakukan untuk membawa balik kekasih saya yang saya lakukan, dia melakukan doa dan Jennifer kembali dia mencintai saya dan menghargai saya lebih sekarang, dan kami mempunyai masa terbaik dalam hidup kita, Dr Lomi juga menyediakan beberapa herba semulajadi yang membuat saya kuat dan sihat lagi sekarang saya merasa seperti seorang pemuda saya berpuas hati dengan seksualnya sangat baik kita berdua gembira, hubungi Dr Lomi pada nombor WhatsApp +2349034287285 atau e-mel kepadanya di lomiultimatetemple@gmail.com HE MEMPUNYAI PENYELESAIAN TERBAIK UNTUK ANDA
ReplyDelete